***
Tafia diapit oleh dua siswa SMA Tunas Bangsa yang memboncengnya menggunakan motor modif berwarna hitam.
"Sekolah kami boleh kalah tawuran, tapi jangan harap lo bisa lolos."
"A..., ampun!"
"Enak kali, ya. Kalau lo digilir di ranjang sabagai pelampiasan kekalahan kami." Cowok yang mengemudikan motor terkekeh.
"Ja ..., jangan."
"Ssstt..., diem!" bentak anak paling belakang, kualahan memegangi Tafia yang meronta-ronta di tengah. Sementara anak yang mengemudi masih berusaha fokus agar motor yang dikendarai tidak oleng. Mereka menyusuri jalanan sepi yang tidak ada orang sama sekali.
"Aku pengen pulang!" Tafia yang dipeluk erat dari belakang terlihat ketakutan. Ingin berteriak minta tolong tapi tidak berani. Kedua tangannya sudah didekap terlalu kuat sampai tidak bisa melawan lagi.
"Lo bakalan kami ajak bersenang-senang."
"A ..., aku nggak mau."
"Lo bakalan kami perkosa bargilir haha...," jawab anak yang mendekapnya dari belakang.
"Ja ... jangan, lepasin aku." Tafia menangis sesenggukan.
Mulutnya langsung dibekap. "Diam!"
Tafia tidak mengira bahwa ternyata siswa berkarakter iblis seperti mereka itu ada. Rupanya bukan hanya di televisi saja kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak sekolah terjadi. Kini dirinya akan menjadi salah satu korbannya. Dan, perlu diinget bahwa banyak kasus pemerkosaan yang berujung pembunuhan. Tafia menangis sejadi-jadinya walaupun mulutnya sedang dibekap dengan erat. Teringat dengan keluarganya di rumah. Apakah mereka akan menangisinya jika dirinya pergi?
Tafia sudah pasrah. Lagipula hidupnya sudah terlalu menderita. Mungkin sudah saatnya ia mengakhiri semuanya. Pertanyaannya, apakah semua orang yang hidupnya menderita akan selalu berakhir tragis?
Srtttt....
Motor yang mereka kendarai mengerem mendadak. Si pengemudi mendengkus ketika melihat seorang cowok tampan berkulit putih berdiri sambil merentangkan kedua tangannya sambil terengah-engah.
Tafia terbelalak setelah melihat siapa yang ada di sana. "Ga ..., Gavin?" lirihnya sambil menelan saliva dengan susah payah.
Jakun Gavin naik turun saat si pengemudi turun dari motornya. Menyisakan Tafia dan cowok di belakangnya yang masih menjaga Tafia agar tidak kabur.
"Nggak usah cari mati lo!" umpat anak Evos itu dengan kasar.
Gavin masih mengatur napasnya yang terengah-engah kelelahan karena berlari terlalu jauh mengejar mereka.
"Lo mendingan pergi dari sini!" gertak cowok memakai jaket jeans berlambang Evos berupa tengkorak di punggung itu.
Gavin menghela napas sambil melirik Tafia yang berada di atas motor. "Enggak, sebelum gue bawa pergi itu cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Ficção AdolescenteHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...