"Sebagai babu, kalian berdua harus nurutin apa kata bos." Def terkekeh sambil duduk menyilangkan kaki. Cowok itu sangat menikmati kemenangannya atas Gavin dan Raffa.
"Sekarang permintaan gue adalah, kalian berdua harus punya pacar. Nanti malam kita bertiga mau triple date."
Gavin dan Raffa yang berdiri sejajar langsung terbelalak. Keduanya saling tatap dengan wajah kaku.
"Triple date?" Gavin menaikkan sebelah alis.
Raffa menelan ludahnya dengan susah payah. "Acara kencan bersama antara tiga pasangan?"
"Yes, jadi ada enam orang dalam kencan tersebut." Def melipat kedua tangannya di depan dada. "Pasangan kalian gue pilihin."
"Maksudnya?" tanya Raffa bingung, melepas jaket kebesaran geng Alisternya ke meja. Kemudian ikut duduk di sebelah Def.
"Gue sama Tafia, lo sama Aliqa, Gavin terserah mau sama siapa yang penting sama cewek. Jangan bawa si Rijal, minta es cendol gawat."
Raffa langsung membulatkan mata. "Enak aja! Gue nggak mau sama Aliqa."
"Kenapa?" tanya Def.
"Sama aja gue ngasih harapan sama dia."
"Lo kan masih sayang sama dia, kenapa nggak nyoba buka hati dengan nge-date bareng?"
"Gue nggak sudi!" Raffa menghela napas.
"Halah, gue yakin lo itu sebenarnya nggak benci sama Aliqa, cuma belum bisa move on aja dari dia."
"Gue jijik lihat mukanya."
Def tersenyum miris. "Mata lo nggak bisa berbohong Raff."
"Gue nggak setuju sama ide lo."
"Terus lo mau bawa siapa?"
"Gampang lah, tinggal narik cewek kelas sebelah, satu."
"Denda 500 ribu kalau lo nggak mau sama Aliqa," ancam Def sambil menyeringai lebar.
"Oke, gue pilih bayar 2 juta daripada harus nge-date sama Aliqa."
Raffa memang terkenal kaya raya. Jadi, wajar jika Def selalu memanfaatkan Raffa.
Gavin beringsut mundur, kemudian berbalik badan melangkah keluar dari kelas.
"Mau kemana lo, Vin?" teriak Def, namun tidak dihiraukan oleh Gavin. Cowok datar itu terus melangkah. Menuju ke sebuah kelas.
Sesampainya di sana, Gavin langsung menghampiri salah seorang cowok bertubuh jangkung yang mengenakan jaket jeans kebanggaan geng Alister di sudut kelas.
"Jal, cariin gue pacar buat nanti malam," pinta Gavin dengan nada datar.
Rijal yang sedang fokus dengan ponselnya langsung mendongak, dengan tatapan takjub. "Tumben?"
"Kalah taruhan," jawab Gavin simple.
"Hukuman dari Def?"
Gavin mengangguk sambil menggelembungkan permen karetnya hingga meletus, lalu mengunyahnya lagi.
Rijal terkekeh. "Siap, Bos, bisa diatur itu mah, tapi beliin gue es cendol ya."
Gavin memutar bola matanya malas. "Dasar, penyerang es cendol."
"Mau kagak lo?"
"Ya," jawabnya datar.
"Mantap!" Rijal mengacungkan jempol, kemudian mengotak-atik ponselnya mencari kontak nomor Rifki dan menelponnya.
"Hallo, Rif," sapa Rijal setelah sambungan telepon terangkat. "Cariin cewek yang baru tersakiti, yang masih bisa dibenerin. Kalau cocok langsung COD di tempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Teen FictionHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...