Part 50 : Makhluk Paling Rumit

8.2K 1K 214
                                    

Aku mau kasih challenge buat kalian semua ya.

500 komentar, tapi nggak boleh pakai kata-kata next.

wkwk...

Semangat 🤣

***

"Sebenarnya apa motif pelaku ngancurin lapak jualannya, Vin?" tanya Tafia penasaran.

Namun, Gavin memilih menggeleng. "Aku nggak tahu, Taf."

"Udah nggak usah dibahas lagi, memang udah garisnya kayak gitu," sahut Mundasri sambil melahap makanannya.

Gavin sudah memakai seragam sekolah. Cowok itu sedang sarapan bersama Tafia dan ibunya.

"Nanti bilangin ke Raffa ya, aku mau kerja di tempat dia," ujar Tafia.

Gavin hanya termenung. Jika Tafia ikut kerja bersama Raffa, pasti gadis itu tidak tinggal di sini lagi.

"Gavin?"

Cowok itu langsung terbangun dari lamunan. Kemudian menoleh ke arah Tafia dengan wajah kikuk. "Iya."

"Tafia kamu ikut berangkat sekolah aja ya sama Gavin. Nanti biaya sekolahnya pakai tabungan Bude aja."

Tafia menggeleng. "Enggak Bude. Tafia malu berangkat sekolah."

"Sayang lho, padahal kamu itu pinter. Katanya ranking satu terus dari kelas sepuluh." Mundasri merasa iba.

"Iya, sekarang ranking kamu pasti digeser sama anak baru di kelas kita yang culun itu, si Caramel," timpal Gavin sambil mengunyah makanannya.

"Hmm, nggak pa-pa, yang penting aku tetap ranking satu di hatimu." Tafia terkikik.

Gavin membulatkan mata kemudian menoleh ke arah ibunya. "Bu, anakmu digodain tante-tante."

Tafia langsung mengerucutkan bibir. "Masak imut-imut kayak gini dibilang tante-tante sih?"

"Yaudah ibu-ibu berarti."

"Nikah aja belum udah dipanggil ibu-ibu."

"Ya nggak pa-pa, pasti suatu saat nanti bakalan jadi ibu. Ibu dari anak-anak kita." Gavin tertawa.

Tafia memasang wajah masam, kemudian menoleh ke arah Mundasri. "Bude, anakmu nakal."

Gavin langsung menyahut. "Bu, anakmu dibilang nakal, padahal kan romantis."

Mundasri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku mereka berdua. "Udah sana berangkat, nanti telat."

Gavin mengangguk, kemudian beranjak dari duduk. Mencium tangan ibunya. Kemudian berpamitan dengan Tafia. "Mas berangkat dulu, ya."

Tafia menepuk jidat sambil menahan tawa. "Iya Mas, hati-hati," ucapnya sambil mencium tangan Gavin.

"Eh, bentar," seru Gavin sambil melepaskan dasi sekolahnya yang sudah rapi. "Benerin dasi aku dong, biar kayak di sinetron-sinetron."

Tafia terbahak. Kemudian menuruti perintah Gavin. "Jangan selingkuh ya di sana. Awas kalau selingkuh, pulang aku cincang," tuturnya sambil memakaikan dasi di kerah seragam sekolah cowok itu.

"Siap Dek, kamu jangan capek-capek, ya. Kasihan bayi di dalam kandunganmu kalau kurang istirahat."

Tafia mentoyor kepala Gavin. "Apaan sih?"

Mundasri mengusap-usap dahinya sambil membereskan piring kotor yang mereka pakai untuk sarapan. "Hadeh, bocah edan!"

***

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang