Part 11 : Dua Pukulan Spesial

17.4K 1.8K 206
                                    

Follow ig: @nurudin_fereira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow ig: @nurudin_fereira

___________

"Cieee, yang tadi bolos sekolah." Ririn tampak bersedekap santai setelah Tafia membuka pintu. "Habis bolos ke mana sama Gavin?"

Tafia hanya menunduk, sambil merapatkan bibir. Ia mulai merasakan firasat buruk.

"Papa hari ini lagi cuti lho, pasti kamu bakalan dihajar. Apalagi sekarang mama lagi kerja ngurusin butik, nggak ada lagi orang yang bakalan ngehalangin papa ngehajar kamu." Ririn tersenyum miris.

Tafia memeluk jaket Gavin yang ia kenakan semakin erat. Gavin, aku dijahatin lagi, gumamnya dalam hati.

Ririn langsung menutupi hidung saat Tafia melangkah melewatinya. Bau amis telur ayam masih terasa menyengat di tubuh Tafia.

"Papa! Anakmu pulang, nih!" teriak Ririn menggema ke seluruh ruangan rumah.

Tafia melangkah sambil memejamkan mata. Pasrah menghadapi apa yang selanjutnya akan terjadi.

Bibir mungilnya tampak bergetar, sebutir air kristal kembali menetes ke pipi.

Papanya sudah berdiri di bawah tangga. Memegang gagang sapu di tangannya. Dengan wajah geram.

Rahang pria paruh baya itu mengeras. "Benar-benar memalukan!"

"Papa bayarin sekolah kamu mahal-mahal, kerjaanmu ternyata cuma bolos aja!"

Tafia hanya menunduk di depan papanya. Rahang gadis itu ikut mengeras. Menahan gejolak emosi yang membakar dadanya.

Tidak ada gunanya menjelaskan semuanya. Membela diri atau tidak, dia tetap akan dianiaya. Tafia membenci apapun yang ada di dunia ini. Tafia membenci papanya, membenci Ririn, dan membenci semua orang yang tidak pernah mengerti bagaimana perasaannya selama ini.

Gadis itu jatuh tersungkur ke lantai. Kedua tangannya menopang tubuh, saat punggungnya mulai dipukul oleh sang papa dengan gagang sapu.

Rahang Tafia masih mengeras. Dia tidak mau menjatuhkan air matanya lagi. Dia tidak akan membiarkan air matanya jatuh lagi. Hanya untuk penganiayaan yang dilakukan oleh manusia di bumi.

Meskipun pukulan demi pukulan yang meluncur di punggungnya terasa sakit. Tafia tetap berusaha keras

untuk menahan tangisnya agar tidak jatuh. Manusia-manusia biadab yang tidak punya hati ini akan semakin merajalela jika dia menangis.

Tafia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Menikmati pukulan demi pukulan yang meluncur di punggungnya. Tahan sebentar lagi, dan dia akan kebal dengan rasa sakit. Ia harus terbiasa dengan penganiayaan ini.

***

"Ciee, elah Gavin kemarin ngajak anak orang bolos sekolah," sindir Def yang sedang asyik melahap makanannya.

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang