Bagi yang ingin nonton trailer cerita Tafia Tears, cek instagram aku, ya 🙂
Spam next boleh, asal tembus seribu komentar wkwk
Kalian semangat comment, aku semangat update 😄
Semoga ceritanya bisa menghibur.
***
"Assalamu'alaikum, Pa," ucap Tafia saat baru saja memasuki rumah. Rupanya papanya sedang kedatangan tamu. Seorang pria memakai setelan jas rapi. Menatapnya sambil mengernyitkan dahi.
"Wa'alaikumsallam," jawab papanya dengan ketus. Tafia mencium tangan papanya kemudian mencium tangan sang tamu yang seumuran dengan papanya tersebut.
"Ini anak kamu, Do?" tanya om-om itu. "Katanya anakmu cuma satu?"
"Bukan, dia cuma keponakan saya, berhubung ibunya gak mampu biayain sekolah jadi saya yang urus."
Deg.
Tafia meneguk ludahnya dengan susah payah. "Aku hanya kepenokan Ayah katanya?" gumam gadis itu dalam hati.
Sangat tidak manusiawi ketika melihat ayah kandungnya sendiri tidak pernah menganggap dia ada? Jantung Tafia serasa mencelus. Gadis bertubuh ramping itu langsung menuju ke kamar dengan tubuh bergetar.
"Ayah lebih menganggap Ririn anaknya daripada aku yang jelas-jelas anak kandungnya?" Tafia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, menenggelamkan kepalanya pada bantal sambil menangis terisak-isak.
Benar kata Ririn. Ayahnya memang hanya mengincar harta keluarga ini. Ayahnya sudah dibutakan oleh harta, sehingga membuat Ririn sangat membenci ayahnya dan menjadikan Tafia sebagai pelampiasan.
"Ibu, aku nggak kuat," rintih Tafia tersedu-sedu. "Peluk aku, Bu."
Tafia teringat dengan mendiang ibunya. Ia ingin kembali ke masalalu. Menikmati hari yang indah dengan secangkir kasih sayang yang cukup untuk menyempurnakan kebahagiaan. Sayangnya, waktu tidak pernah bisa dihentikan. Sementara penderitaan terus melaju tanpa tahu kapan akan memudar.
"Pada siapa Tafia harus mencari punggung untuk bersandar, Bu? Tidak ada yang peduli sama Tafia, bahkan papa juga. Tafia nggak punya siapa-siapa lagi di dunia, Bu. Tafia tidak pernah dianggap ada. Tafia nggak pernah diakui keberadaannya," gumamnya pedih sambil memeluk tubuh mungilnya.
Gadis itu beranjak untuk mengambil foto ibunya yang berada di nakas. Jika rasa rindu mulai melanda, Tafia biasanya langsung memandangi foto almarhumah ibunya yang terbalut bingkai bermotif bunga tersebut.
Namun, gadis itu terperanjat karena menyadari foto ibunya tidak ada di nakas. Gadis itu buru-buru mengobrak-abrik lemarinya, juga seprei dan bantal di atas ranjang. Napasnya tersengal-sengal. Bibirnya masih bergetar. Tafia kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Teen FictionHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...