Maaf ya lama, InsyaAllah aku usahain update setiap hari kalau nggak mager wkwk
Follow instragamku dong : nurudin_fereira
Satu follow dari kalian sangat berharga banget buat aku 🙏😊😁
***
Tommy kini sudah diamankan oleh para polisi yang datang beberapa menit setelah geng Alister menghajarnya. Pelipis pria paruh bayah itu tampak robek dan berlumuran dengan darah.
Untung saja pak satpam segera menelpon polisi setelah anak-anak Alister berhasil masuk ke dalam rumah.
"Kenapa kalian main hakim sendiri?" teriak polisi yang memarahi anak-anak Alister.
"Polisi terlalu lelet," jawab Def dengan santainya.
Polisi itu melotot ke arah cowok tersebut dengan tatapan setajam silet. Def hanya membalasnya dengan seringaian lebar.
Anak-anak Alister tidak dikenai sangsi karena masih di bawah umur. Lagipula penyerangan mereka sangat membantu para polisi membekuk para pelaku. Sekarang tinggal tugas polisi menyelidiki apa motif pelaku melakukan tindakan kriminal itu.
Ririn yang sedari tadi pura-pura ketakutan melihat papanya ditangkap, langsung tersenyum lebar setelah mobil polisi itu pergi dari pelataran rumahnya.
"Yeee, kenapa nggak kalian bunuh sekalian aja sih, papaku?" ucap Ririn mulai mengadu domba.
Gavin, Raffa, Def, Rijal, dan Rifki sudah tidak kaget dengan ekspresi Ririn yang sangat bahagia melihat papanya ditangkap polisi. Mereka semua sudah tahu bahwa Ririn memang tidak suka dengan Tafia dan papanya.
"Sinting, papanya ditangkap polisi malah seneng," cibir Rijal sambil geleng-geleng kepala.
"Haha, berkat kalian gue bisa nyingkirin papa tiri gue dari rumah ini." Ririn terbahak.
"Yaudah sih masa lalu, lupain. Ambilin kita-kita minum kek, kami haus nih." Def memegangi tenggorokannya yang terasa kering. Energinya sudah terkuras habis sejak tadi.
"Ok, siap!" Ririn begitu semringah. Gadis itu buru-buru masuk ke dalam rumah, menyuruh bi Ratih untuk membuatkan es segar untuk anak-anak Alister yang berkumpul di depan rumah. Beberapa toples cemilan juga Ririn keluarkan untuk mereka.
"Kita pesta-pesta gays, gue pesenin ayam geprek buat kalian!" teriak Ririn dengan semangat 45.
Raffa hanya memutar bola matanya malas. Cuma anak bodoh yang ngadain pesta ketika orang-tuanya ditangkap polisi, batinnya.
Sementara Gavin hanya terdiam dengan tatapan datar. Menatap ke arah Ririn dan bi Ratih yang tergesa-gesa membawakan cemilan dan minuman.
Cowok itu menghela napas, seharusnya ia segera pulang untuk mengecek keadaan ibunya yang sedang berada di puskesmas. Bukan malah bersenang-senang menikmati beraneka ragam kudapan di rumah Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAFIA'S TEARS
Roman pour AdolescentsHidup di tengah-tengah keluarga yang tidak menginginkan kehadirannya membuat Tafia merasa serba salah. Apalagi dia harus sekelas dengan saudara tiri yang kerap membully-nya. Sampai pada akhirnya tiga cowok badboy di sekolah menjadikan Tafia sebagai...