Part 20 : Harapan

13K 1.5K 554
                                    

500 komentar buat next wkwk 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

500 komentar buat next wkwk 🤭

_______________

Tafia diantar pulang oleh Def. Cowok itu seakan ingin menguatkan mentalnya yang sudah lama tertidur. Apa mungkin, ya, aku bisa jadi cewek pemberani kalau dekat-dekat dengan Def terus, ucap Tafia dalam hati.

"Bagaimana kalau nanti malam kita keluar?" ucap Def sedikit tertelan suara kenalpot motor ninjanya.

"Aku nggak boleh keluar malem-malem."

"Kok Ririn dibolehin?"

"Kata Papa aku masih belum bisa jaga diri."

Dari kaca spion, Tafia melihat Def tersenyum kecut. "Padahal sebenarnya Ririn yang nggak bisa jaga diri."

"Maksudnya?"

"Ririn sering main ke kelab malam, mabuk-mabukan, tidur di hotel dengan cowoknya. Itu adalah cerminan seorang perempuan yang tidak bisa menjaga harga dirinya." Def mengerem motornya. Berhenti di pinggir jembatan yang mereka lalui.

"Kenapa kita berhenti di sini?" tanya Tafia bingung.

"Gue mau COD barang bentar." Def mengajak Tafia turun. Berdiri di pinggir jembatan, melihat air sungai kotor yang mengalir di bawahnya.

Tafia hanya menurut, berdiri di sebelah Def.

"Kalau lo pengen menikmati hidup di dunia yang menyebalkan ini. Lo emang harus jadi cewek liar seperti Ririn."

"Katamu dia adalah cerminan perempuan yang tidak bisa menjaga diri?" tanya Tafia polos.

"Iya bener, tapi itu tidak penting, yang paling penting adalah kesenangan hidup." Def tersenyum sambil mengamati sungai di bawah sana.

"Hmm, pantesan kamu itu suka kejam kayak Ririn."

"Menjadi orang baik-baik adalah hal yang sangat membosankan. Terkadang gue heran sama Gavin, bagaimana bisa ya, dia bisa betah hidup di bumi?"

"Setiap orang punya jalan hidup dan pemikiran masing-masing," sahut Tafia sambil menyibak beberapa anak rambutnya yang menjatuhi wajah saat tertiup angin. Ia sedikit terkesan dengan Gavin karena ucapan Def barusan. Berarti Gavin memang anak baik-baik.

"Dan, dia menjadi konyol karena sudahi dibodoh. Dibodohi oleh harapan."

Tafia mengernyitkan dahi ketika menoleh ke arah Def.

"Padahal tidak ada harapan yang bisa terkabulkan di dunia ini." Def mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, kemudian menyulutnya sebatang. Tak lama kemudian kepulan asap langsung mengepul di udara.

"Harapan adalah kata lain dari penderitaan, dimana ada harapan pasti ada penderitaan."

Tafia mengamati dengan seksama ucapan Def. Mencoba mencerna perkataan cowok itu baik-baik.

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang