Part 52 : Berdua Bersamamu

8.1K 1.1K 101
                                    

"Sebenarnya papamu itu baik, dia juga cerdas sama kayak kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya papamu itu baik, dia juga cerdas sama kayak kamu. Bahkan, berkat kecerdikan papamu, perusahaan mama sekarang berkembang pesat. Papamu sangat baik sekali dengan setiap orang, tapi entah kenapa sama kamu papamu bisa setega itu," ucap mama Ria saat mereka berdua sedang duduk di sofa ruang keluarga.

Tafia hanya merunduk, mendengar setiap kalimat yang diucapkan mama tirinya. Ia tidak terkejut dengan fakta tersebut. Dulu ketika almarhumah ibunya masih hidup, Tomy memang adalah sosok ayah yang sangat baik dan perhatian. Keinginan Tafia selalu dituruti, walaupun tidak sekaya raya sekarang.

"Mungkin karena papamu terlalu menyayangi Ririn, sehingga dia mudah diprovokasi. Ini semua salah mama, yang nggak pernah mendidik Ririn dengan baik," lanjut mama Ria dengan mata berkaca-kaca.

"Mama sekarang mau mengurangi jam kerja mama, biar bisa sering-sering dekat dengan kalian. Mama akan fokus bikin kalian berdua jadi adik-kakak yang kompak dan harmonis." Mama Ria berucap penuh tekad.

"Mama juga udah memecat bi Ratih yang dulu suka memakan gaji buta, karena Ririn memperlakukanmu sebagai pembantu. Mama pastikan kamu tidak akan lagi diperlakukan tidak adil di rumah ini."

Tafia masih menunduk sambil memejamkam mata.

"Untuk kata-kata papamu di penjara tadi, jangan diambil hati, ya. Dia hanya emosi saja. Nanti kalau udah keluar dari penjara, pasti perlakuannya sama kamu akan berubah." Mama Ria mengusap-usap punggung mungil Tafia.

Tafia mengangguk. "Tafia boleh kerja di salah satu toko cabang milik mama nggak?"

"Kerja?"

"Kerja paruh waktu nggak pa-pa."

"Nggak boleh, kenapa kamu mau kerja. Lebih baik kamu fokus sekolah aja."

Tafia merapatkan bibir beberapa detik. "Tafia pengen hidup mandiri, Ma."

"Lebih baik kamu fokus belajar, nanti kalau kamu udah lulus kuliah. Semua toko butik milik mama kamu yang urus."

Tafia menatap mama tirinya dengan tatapan nanar. "Tapi, Ma ...."

"Tafia, kamu nggak usah takut tinggal di sini. Mama bakalan lindungin kamu dari Ririn. Mama bakalan bikin Ririn hormat sama kamu."

Tafia kembali menunduk, dengan wajah yang meredup. Hatinya merasa bahagia, tapi ada beberapa hal juga yang ia khawatirkan.

"Hmm, Tafia sekarang boleh nggak Ma, keluar malam?" lirihnya.

"Kemana?"

"Ngaji di masjid yang dekat sama rumah Gavin."

Mama Ria terdiam beberapa detik. Kemudian mengangguk. "Yaudah nggak pa-pa. Nanti mama suruh sopir buat nganterin kamu."

Tafia langsung memeluk mama Ria dengan erat. "Makasih ya, Ma."

***

Sepulang dari solat maghrib berjamaah di masjid, Gavin biasanya ikut menyimak ngaji kitab bersama beberapa anak yang lain.

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang