Part 42 : Shopping

9.3K 1.1K 130
                                    

"Kita mau kemana?" tanya Tafia bingung, melirik ke arah Raffa yang mengendarai mobil dengan ekspresi datar.

"Ke KUA," jawab cowok itu ketus.

Tafia mengerucutkan bibir. Mereka hanya pergi berdua. Sementara Rijal dan Rifki ditinggal di warung bude Mundasri.

"Kemana sih Raf?"

Raffa melajukan mobilnya semakin kencang. Dengan pandangan lurus ke depan. "Lo tinggal sama gue aja."

"Aku nggak mau." Tafia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Raffa melirik sebentar ke arah Tafia.

"Aku nggak mau nyusahin orang lain," jawabnya.

"Jadi, kalau tinggal sama keluarga Gavin nggak nyusahin?"

Tafia merapatkan bibir. Membenarkan ucapan Raffa, bahwa dia memang menyusahkan. "Hmm, tapi kan aku kerja. Jadi, nggak nyusahin."

"Nyokapnya Gavin nggak mampu gaji lo. Lo mendingan kerja sama gue aja. Gue kasih gaji berapa pun yang lo mau."

"Kerja apa?"

"Jadi istri gue." Raffa mengerem mobilnya saat di depan lampu merah.

"Ih, nggak mau ah. Kan masih sekolah."

"Nggak apa-apa, kita nikah sirih. Hubungan kita dirahasiakan. Lo di rumah hamil, gue yang sekolah nyari ilmu." Raffa tersenyum miring.

"Enak aja aku disuruh hamil." Tafia mendengkus.

"Kita ke mall beli baju."

"Eh, kenapa?" Tafia kembali menoleh ke arah Raffa.

"Kata Gavin lo pengen hijrah. Gue anterin lo beli baju muslimah."

Tafia menggigit bibir bawahnya. "Aku nggak punya uang."

"Kalau sama gue nggak usah ngomongin soal uang."

***

"Menurutmu aku salah nggak kabur dari rumah?" tanya Tafia setelah mereka berdua memasuki sebuah mall di pusat kota.

Raffa menyelipkan kedua tangannya pada saku celana. "Keputusan yang tepat."

"Papa sama mamaku nyariin aku nggak ya?"

Raffa hanya terdiam. Mereka berdua menaiki tangga eskalator yang mengarah ke lantai tiga.

"Lo tinggal sama gue aja. Gue punya pekerjaan buat lo."

"Nggak mau ah kalau kerjanya jadi istri kamu," tolak Tafia sambil menggelembungkan pipi.

"Bukan. Nyokap gue punya banyak usaha, lo bisa kerja di sana. Lo harus hidup mandiri. Buktiin ke orang tua lo kalau lo bisa hidup tanpa mereka."

"Tapi aku mau belajar ngaji dulu sama Gavin." Tafia meremas-remas tangannya.

"Belajar ngaji apa pengen pacaran?" sindir Raffa dengan wajah datar, pandangannya masih lurus ke depan.

"Hmm, ngaji lah!"

"Owh," jawab Raffa singkat.

"Raffa, aku boleh tanya nggak?"  Tafia menatap ke arah Raffa dengan wajah sendu.

"Apa?"

"Kenapa kamu sekarang jadi nggak akur sama Def?"

Raffa menjawab singkat. "Nggak apa-apa."

"Apa gara-gara aku kalian jadi berseteru?" tanya Tafia sambil menengerjap-ngerjapkan mata.

"Maksudnya?"

TAFIA'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang