Ting..Tong... Tok..Tok...Tok!
Cakra terus menekan bel berkali-kali serta menggedor-gedor pintunya agar Nisa segera membukakan pintu untuknya.
"BUKA PINTUNYA NISA!!"
Clek!
"Kemana aja sih lo!? Ngapain pintunya di kunci segala!?"
"Em.. ma-af, Nisa kira kakak gak pulang jadi pintunya Nisa kunci.."
Cakra baru saja menapakkan dirinya dirumah setelah pukul setengah sembilan malam, sebenarnya ia tak ingin pulang, ia ingin menginap di Apartement Eli tapi Eli memaksanya untuk segera pulang. Dengan perasaan kesal Cakra pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah kata pada kekasihnya itu.
Tatapan tajam dari mata Cakra membuat Nisa merasa ketakutan hingga membuatnya menundukkan kepalanya.
"Ck, lo seneng kan kalau gue gak pulang, ha!?" Cakra menarik ujung rambut Nisa dan melilitnya di jemari Cakra.
"Aw, to-long lepas kak, ini sa-kit.."
"Hapus air mata lo! Nangis terus kerjaan lo! Muak gue lama-lama!"
Cakra melangkahkan kakinya menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Ia melepaskan sepatu nya dan melemparkannya kesembarang tempat.
"Ngapain lo di situ? Sini! Pijitin gue!"
Nisa dengan segera menghampiri Cakra. "Yang mana yang mau di pi-jit kak?"
Cakra menepuk pundaknya, Nisa perlahan menempatkan jari-jari lentiknya di pundak Cakra, ia memijit pundak itu dengan lembut.
"Yang keras bego! Gak ada kekuatan nya juga ya lo!"
Hah...Nisa belum makan kak...Nisa gak berani makan kalau kakak belum makan di rumah..
Nisa menghela nafas, ia pikir pijitan nya sudah pas, tapi ternyata salah ditambah lagi ia benar-benar sangat kelaparan sekarang.
"Aw, lo sengaja ya nyakitin gue!?"
"A-pa? Kata kakak lebih keras tadi..."
"Yang bener mijitnya!"
Nisa mengangguk, ia memijat kembali pundak suaminya itu. Tanpa ia sadari ia mengulas senyumannya, bahkan sekarang ia bisa mencium bau wangi dari rambut Cakra.
Namun seketika matanya menyipit melihat bekas kemerahan di leher Cakra, ia sampai tak sadar ketika tanganya mulai mengulur menurunkan sedikit kerah baju Cakra.
Deg!
Mata Nisa memanas, dadanya sesak melihat jejak kemerahan di leher Cakra yang ia yakini bahwa itu adalah sebuah KissMark seperti yang pernah Cakra ciptakan di lehernya.
"Kenapa berhenti Ni---"
Cakra menolehkan pandangannya kearah Nisa yang sedari tadi terdiam, ia mengikuti arah pandang Nisa yang ternyata sedang memperhatikan lehernya.
Cakra langsung segera menepis tangan Nisa dari kerah bajunya. "Gak sopan banget ya lo!"
"Ma--af.." Nisa menundukkan kepalanya, air mata yang sedari tadi ia tahan kini lolos mengalir di pipinya.
"A---pa kakak memiliki wa-nita lain?"tanya Nisa dengan bibir yang bergetar.
"MASUK KE KAMAR LO SEKARANG JUGA!!" bentak Cakra. Ia menghiraukan pertanyaan Nisa.
Kalaupun gue punya wanita lain itu bukan urusan lo!
Nisa hanya mengangguk pasrah, ia mulai bangkit dan melangkahkan kakinya memasuki kamar.
Apalagi ini? Apa kak Cakra memiliki wanita lain? Kenapa hatiku sesakit ini?
****
Sebagian kalimat sudah dihapus/diubah.****
Sekedar informasi kalau Deora akan segera diterbitkan, jadi kalian yang tertarik peluk novel si Cakra untuk tetap stay di lapak ini ya 🙏Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...