21. Rumah Sakit

74.8K 6.4K 351
                                        

Setelah kecelakaan itu Haris segera memanggil ambulance untuk membawa Cakra ke rumah sakit, Haris juga memanggil beberapa temannya untuk membantu membawa motor Cakra ke bengkel, karena Motor Cakra tidak bisa menyala sama sekali.

Clek!

Haris langsung bangkit dari duduknya ketika dokter keluar dari ruangan Cakra setelah selesai memeriksa Cakra.

"Bagaimana dok keadaan teman saya?"

"Huft... Beruntung teman anda tidak mengalami luka yang serius. Kami sudah menjahit luka robek di dahinya untuk menghentikan pendarahan, dan lagi untuk pergelangan kakinya yang terkilir juga sudah kami balut dengan menggunakan perban elastis, saya harap biarkan pergelangan kakinya tetap dibalut perban untuk dua hari ke depan.."

Haris menganggukkan kepalanya, memahami setiap kata yang terlontar dari mulut sang dokter.

"Em gitu dok... Kenapa dia gak mati ya?"

Dokter membulatkan matanya dengan sempurna mendengar ucapan Haris.

"Maksud anda?"

Haris terkekeh kemudian ia mengusir sang dokter agar segera pergi dari hadapannya.

Clek!

"Udah sadar lo?"

Haris melangkahkan kakinya menghampiri Cakra yang terbaring di ranjang pasien.

"Dih, luka gini aja lo sampai gak sadarkan diri di sana!"

"Gue, kan, udah bilang, lo harus hati-hati sama Derry!"ucap Haris lagi

"Berisik banget lo! Motor gue mana?"

"Cih, bukannya mikir keadaannya malah mikirin tuh motor."gumam Haris

"Oh ya gue udah hubungi orang tua lo, mungkin sebentar lagi mereka nyampe."

Cakra tersedak dari minumnya setelah mendengar ucapan Haris, di dalam hatinya ia terus menggerutu, menyumpah serapahi temannya ini karena tidak meminta pendapatnya terlebih dahulu sebelum menghubungi orang tuanya.

"Kenapa lo hubungi orang tua gue, bego?"

Haris menekuk sebelah alisnya menatap Cakra."Lah, kenapa? Kalau lo tiba-tiba mati, siapa yang tanggung jawab? Gue?"

"Mimpi apa gue bisa punya teman bego kayak lo!"

"Heh, lo tuh harusnya bersyukur karena cuma gue yang mau berteman sama lelaki gila kayak lo!"

"Lah siapa yang nyuruh lo temenan sama gue?!"ketus Cakra yang tak mau kalah dengan Haris.

"Hahaha, iya juga ya?"

Cakra berdecak kesal, ia melirik jam yang menempel di dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul tiga pagi.

Sekilas ia memikirkan Nisa, apa yang dilakukan Nisa seharian ini, apa Nisa bahagia ketika Cakra tak menampakkan dirinya di rumah itu?

Cakra mendesah, ia memperhatikan pergelangan kakinya yang dibalut perban, ia masih merasakan nyeri dipergelangan kakinya.

"Lo tau gak? Derry langsung melarikan diri setelah nyelakain lo!"

Cakra tetap diam mendengarkan ucapan Haris, selalu saja Haris memberikan ceramahnya kepada Cakra ketika Cakra dalam kondisi seperti ini.

"Udahlah, lo putusin aja tuh Eli dari pada bikin hubungan Lo sama Derry renggang."

"Berisik!"

"Gue juga yang susah kalau lo kayak gini!"

Cakra mengulas senyum tipisnya, meskipun Haris kadang membuatnya kesal tetap saja ia akan merasa sangat berterima kasih karena Haris selalu saja datang untuk membantunya.

Clek!

"Oh astaga Cakra! Kenapa bisa seperti ini? Kamu balap liar lagi? Mama, kan, udah bilang jangan lakuin itu dan fokus aja sama kuliahmu!"

Cakra memutar malas bola matanya mendapatkan ocehan dari mamanya di pagi hari.

"Di mana motor kamu? Papa akan jual motor itu!"sahut Jeffry, papa Cakra.

"Iya om jual aja dah, biar Haris gak kesusahan terus ngadepin anak om."

Bugh!

Cakra melempar bantal yang ia gunakan kepada Haris.

Kurang ajar sekali ini anak, dasar kompor! Bukannya belain gue malah bikin gue makin terpojok!

"Mama setuju, jual aja pa motornya!"

"Ck! Itu motor Cakra, papa sama mama gak ada hak buat jual motor Cakra seenaknya tanpa persetujuan Cakra!"

Jeffry menghiraukan ucapan Cakra tak ada niat untuk membalasnya, ia sudah sangat frustasi melihat tingkah anak satu-satunya yang sangat keras kepala ini.

"Hubungi teman kamu ris, suruh dia jual motor Cakra."

"Siap om.."

Haris menjawab perintah Jefry dengan antusias, ia menghiraukan tatapan tajam Cakra dan langsung menghubungi temannya yang membawa motor Cakra.

Hahaha mampus lo, salah siapa bikin gue susah terus.

Haris mengulas senyum penuh kemenangan, ia menaikturunkan alisnya menggoda Cakra.

Cakra membalasnya dengan mengacungkan jari tengahnya pada Haris.

Sialan lo Haris!



D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang