"Sttss...Sttss....Sa.. Nisa!"
Panggil Siska dengan berbisik supaya Cakra tidak mendengar nya.
"Sttsss... Sini!"
Nisa menoleh kearah sumber suara, ia mencari suara yang memanggilnya itu. Ia sempat terkejut ketika mengetahui Siska bersembunyi dibalik pintu kamarnya.
"Mama ngapain?"
Siska langsung menarik tangan Nisa dan menutup pintu kamar Nisa dengan rapat tak lupa juga untuk menguncinya.
"Hahhh untung saja!!" Siska mendesah lega setelah berhasil membawa Nisa masuk ke dalam kamar, ia akan berbicara hal penting dengan Nisa dan Cakra tidak boleh untuk mengetahui bahkan mendengar nya.
"Kamu masih pisah kamar sama Cakra?"
Nisa mengangguk, sedetik kemudian ia mengulas senyumnya, seolah-olah memberitahu Siska bahwa hal ini tak menjadi masalah untuknya.
"Aihh anak itu ingin mama cekek rasanya!"
Siska mengibaskan tangannya di depan wajahnya, kemudian menatap kembali Nisa yang terkekeh melihat tingkahnya.
"Kamu tau gak mama punya kabar baik untukmu?!"
"Kabar apa ma?"
"Kamu keterima di jurusan kedokteran sayang!"ucap Siska dengan antusias.
Nisa sempat terdiam sejenak, mencerna setiap kata yang dilontarkan dari mulut Siska.
"Se-serius ma? Mama gak bohong kan?!"
Siska mengangguk. Nisa langsung memeluk Siska begitu erat sampai ia menangis terharu di buatnya.
"Ini semua berkat mama, terima kasih banyak ma, terima kasih.."
"Sama-sama sayang! Tenang aja mama usahakan Cakra gak akan mengetahuinya. Ketika kamu masuk di perkuliahan nanti kamu harus mengganti nama panggilan mu, oke?"
Nisa mengangguk, ia berdoa supaya diberi kelancaran dalam mengikuti perkuliahan nanti. Sebenarnya ia merasa bersalah karena sudah berani membohongi Cakra, tapi bagaimana pun Nisa juga ingin meraih impiannya sebagai seorang dokter.
Maafin aku kak, maaf aku harus bohongin kakak...
"Kamu masih menyimpan jadwal Cakra kan?"
"Iya ma, Nisa selipkan di bawah baju."
Siska kembali membawa Nisa ke dalam pelukannya mencurahkan rasa kasih sayang yang begitu tulus padanya.
Kasihan sekali kamu sayang, mama janji akan selalu membantu mu, mama ingin kamu bahagia, maafkan mama yang harus memaksa mu untuk menikahi Cakra, mama hanya percaya padamu, percaya jika kamu yang terbaik untuk Cakra.
Mama sayang kamu Nisa... Menantu ku...
Menjelang sore, Siska menemui Cakra yang sedang terbaring di kasurnya, ia mengguncang lengan Cakra dengan kencang supaya Cakra segera membuka kelopak matanya.
"Bangun woy, bangun!"
Cakra merasa terusik, ia berbalik memunggungi Siska dan mempererat pelukannya pada guling.
"Bangun Cakra! bangun!!"
Cakra merasa kesal, ia menepis dengan kasar tangan Siska yang berada di lengannya.
"Lo bisa diem gak sih Nis--"
Plak!
Siska memukul kepala Cakra. "Nisa-Nisa! Ini mama! MAMA! MAMA S-I-S-K-A!!"
Cakra berdecak sebal, ia mengacak-acak rambutnya sendiri dan langsung menatap tajam sang mama.
"Mama mau pulang..."
"Lalu? Ngapain bangunin Cakra!? Kalau mau pulang yaudah pulang aja sana!"
Kurang aja sekali anak ini! Astaga tuhan apa dia benar anakku? Hahhh... Bagaimana bisa Nisa sesabar itu dalam mengurus anak ini!?
"Dasar durhakim jadi anak! Mama kesal denganmu!!"
Siska menghentakkan kakinya dilantai kemudian ia langsung keluar dari kamar Cakra tak lupa juga menutup pintu kamarnya dengan kencang.
BRAK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomansaTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...