"Nisa, tolong tuangkan sup itu buat gue."
Nisa menganggukkan kepalanya, ia menuruti perintah Cakra tanpa mengucap sedikit kata. Hari ini ia benar-benar tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk Cakra, mungkin diam memang menjadi solusi untuk Nisa demi menahan kesedihan yang masih ia rasakan hari ini.
"Te-terima kasih."ucap Cakra dengan melirik Nisa sekilas.
Nisa diam, ia kemudian mendudukkan dirinya berseberangan dengan Cakra, meja kacalah yang menjadi pembatas antara keduanya.
Ucapan terima kasih Cakra sempat membuat Nisa terkejut, pasal nya baru kali ini Cakra mengucapkan hal itu padanya.
Nisa buru-buru menyelesaikan kegiatan makannya, bahkan ia mendahului Cakra lalu ia memutuskan untuk ke dapur mencuci piring kotor nya sendiri.
"Eh..."
Nisa sempat terjingit kaget ketika merasakan sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Cakra meletakkan kepalanya di bahu Nisa.
"Kenapa? Lo berani marah sama gue? Kan gue udah bilang tiga hari ini gue sibuk sama kuliah gue mangkanya itu gue gak pulang..."
Nisa diam membisu, gerakan nya sedikit terganggu dengan posisi seperti ini. Tak bisa di pungkiri jika hatinya begitu berdebar, detak jantungnya berdegup kencang, mungkin itulah juga dirasakan oleh Cakra hanya saja Cakra terlalu gengsi untuk mengungkapkan rasa yang sebenarnya.
"Nisaaa, gue ngomong sama lo. Masih punya mulut kan buat bicara? Jangan buat gue marah sama lo yang dari tadi gakmau ngomong sama gue.."
Cakra berusaha untuk menahan emosinya, bisa saja saat ini ia marah karena Nisa tak menanggapi ucapan nya tapi ia berusaha untuk tidak melakukan itu, ingat Cakra sedang berusaha berdamai dengan Nisa.
"Ekhem! Ka-kakk gak kuliah?"
Cakra menggeleng."Gak, males gue. Gue mau dirumah aja, lo pasti kangen gue kan?"
Kalau kak Cakra gak kuliah, berarti aku juga harus izin dong... Huhh,, aku harus segera hubungi mama, tapi gimana caranya kalau kak Cakra seperti ini?
Cakra terus memperhatikan Nisa, ia merasa sesuatu sedang berada dipikirkan Nisa.
"Apa yang lo pikirin? Lo gak suka gue dirumah?"
"Em..bu-bukan begitu, tap--"
"Gak! Pokoknya gue mau dirumah!"
Cakra melepaskan pelukannya, ia menarik bahu Nisa agar berhadapan dengannya.
"Apa lo seneng kalau gue gak pulang? Oke kalau gitu.."
Cakra hendak meninggalkan Nisa begitu saja, tapi Nisa berhasil menggapai tangan nya.
Diam-diam Cakra mengulas senyum penuh kemenangan nya, sedetik kemudian ia merubah raut wajahnya lagi sebelum menoleh kearah Nisa.
"Apa? Ngapain lo megang tangan gue? Gue mau pergi biar lo kesepian disini, biar lo nangis-nangis lagi nanti!"
Nisa menggelengkan kepalanya, ia benar-benar memegang tangan Cakra dengan erat, biarkanlah Cakra menganggapnya seperti apa, Nisa memang tak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Ma-maaf, kakak jangan pergi.."
"Mangkanya lo tuh jangan jual mahal sama gue, kemarilah.."
Nisa mengangguk, ia mematuhi perintah Cakra untuk menghampiri nya.
Dipeluknya tubuh mungil Nisa, benar dugaannya ia mulai tertarik dengan Nisa.
Gimana kalau gue jatuh cinta sama lo? Bolehkah gue egois sekarang? Haruskah gue melepaskan Eli? Apapun yang gue rasain sekarang, gue gakmau nglepasin lo Nisa.. ya, gue harus memutuskan Eli untuk mulai kehidupan yang sebenarnya sama lo Nisa.. tunggu waktu itu tiba, gue pasti bakal bales semua perlakuan baik lo sama gue Nisa..
Cakra menguraikan pelukannya, ia kemudian menggenggam kedua telapak tangan Nisa.
"Apa lo gak dendam sama gue? Gue selalu mukul lo, gue selalu hina lo, kasar sama lo, Lo gak benci gue?"
Nisa menggeleng, ia beralih menatap Cakra.
"Bagi Nisa itu bukan masalah, apapun yang kakak lakukan tetap kewajiban Nisa untuk mengurus kakak, su--suami Nisa."
Deg!
Ucapan Nisa bagai ribuan jarum yang menancap di hati Cakra, ia begitu merasa sangat bersalah, semua perlakuan nya, pukul, hinaan yang ia lakukan ternyata tak membuat Nisa menyerah dengan pernikahan ini, justru Cakralah yang kalah, ia tak bisa melawan hatinya.
Nisa... kenapa lo baik banget sama gue?
"Ni--"
Dret...dret...dret...
Cakra menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika suara dering telponya menganggu Cakra. Ia mengambil ponsel di dalam saku celananya.
Eli? Ah shitt! Gue lupa kalau gue udah janji buat jemput dia!
Dret..dret...dret...
Cakra mengalihkan pandangannya kearah Nisa yang ternyata juga sedang memandang nya.
"Gue angkat telpon dulu..."
Cakra berjalan menjauhi Nisa sembari menempelkan benda pipih itu di telinga nya.
"Hal--"
"Astaga sayang! Ini udah jam segini kenapa belum dateng? Lo gak kuliah?"
"Huft... Kayaknya gue gak bisa jemput lo El.."
"Gakbisa! Lo udah janji sama gue, gue gakmau tau lo harus kesini, atau gue benar-benar marah sama lo!!"
"Sayang, bes---"
Tut!
Cakra mengacak-acak rambutnya dengan kasar, ia segera menuju kamarnya untuk mengangganti baju, mengambil tasnya dan memakai sepatunya.
Tak lama kemudian ia menghampiri Nisa yang sedang menonton televisi diruang keluarga.
"Ekhem! Nisa..."
Nisa menoleh, ia mengernyitkan keningnya melihat penampilan Cakra yang sudah rapi.
"Kakak mau kemana?"
"Em...maaf, gue harus kuliah Nisa, ada ujian mendadak.."
Cup!
Cakra meninggalkan kecupan di kening Nisa sekilas kemudian ia langsung berlari menuju mobilnya.
Nisa mendesah.
Kalau tau begini tak akan izin tadi..
![](https://img.wattpad.com/cover/261847846-288-k497468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...