46. Pertengkaran

87.9K 7.1K 1.5K
                                    

"Gimana rasanya jadi anak kedokteran hem?"

Deg!

Jantung Nisa berdegup dengan kencang ketika menyadari kehadiran Cakra di hadapannya dengan tatapan yang begitu membunuh.

"Ka--kak?!"

"Kenapa? Kaget ya lo lihat gue berdiri di depan lo sekarang?!"

Cakra melipat kedua tangannya didepan dada, matanya melirik tas yang dibawa oleh Nisa, seketika tangannya terulur untuk merebut tas itu.

"Pantes aja ya lo gakmau ngasih tas lo ke gue!"

Dibaliknya tas itu hingga semua isi didalamnya jatuh berserakan.

Cakra juga langsung mengambil ponsel milik Nisa yang tergeletak di lantai, ia mengecek semua isi ponsel itu dalam diamnya.

Apa kak Cakra akan marah? Bagaimana ini, tolong selamatkan aku dari kemarahan kak Cakra..

Keringat sudah mulai mengucur deras di kening Nisa, ia terus menunduk meremas jemari nya dengan kuat, ia tak menyangka dalam waktu secepat ini Cakra akan mengetahui mengenai kuliahnya.

Prak!

Nisa terjingit kaget ketika Cakra membanting ponselnya hingga hancur berserakan.

Prok...prok..prokk...

"Bagus... Hebat banget ya lo, hahaha... Gue gak nyangka ternyata lo busuk juga Nisa!"

"Ma-maaf kak.."

"MAAF LO BILANG HAH?!!"

Nisa meringis kesakitan ketika Cakra mencekram kuat kedua lengannya hingga memerah.

"LO DI KASARIN GAK BISA, DI LEMBUTIN MALAH NGELUNJAK YA!! MAU LO APA HAH!!!"

Plak!

Nisa memejamkan matanya ketika tangan Cakra berhasil mendarat dipipinya dengan kencang.

"Lo---". Cakra mendongak menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian beralih lagi menatap Nisa."Lo emang harus gue beri pelajaran!"

Nisa menggeleng. "Ti-tidak kak! Maafkan Nisa, Nisa tau Nisa salah,, maafkan Nisa kak, hiks!"

Nisa benar-benar merasa ketakutan sekarang, ia sangat takut mengenai apa yang akan dilakukan Cakra terhadap nya nanti.

"Ikut gue sekarang!"

Cakra berhasil meraih pergelangan tangan Nisa, ia menyeretnya tanpa ampun, ia membawa Nisa menuju kamar tamu.

"To-tolong ampuni Nisa kak, hiks! Nisa janji tidak akan melakukan nya lagi.."

Cakra tak memperdulikan Nisa, tangannya terus mencekram pergelangan tangan Nisa tanpa memperdulikan rintihan Nisa.

"Nangis lo sepuasnya! Lo pikir gue bakal peduli hah!!?"

Dihempaskanya tubuh Nisa ke lantai, dengan cepat Cakra menginjak telapak tangan Nisa dengan kakinya.

"Bisa gak lo hargain gue sebagai suami lo hah?!!"

"Hiks! Sa-sakit kak.."

"JAWAB GUE!! maksud lo apa bohongi gue hah?!!"

"Ni-nisa ingin jadi dokter kak, Nisa juga gak akan lupain kewajiban Nisa sebagai istri kakak.. hiks,, hiks.."

"Lo izin gue gak?! Gak kan!! Jelas-jelas gue gak ngizinin lo bego!!"

Brak!

Cakra menendang tubuh Nisa.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang