"NISA!"
Nisa menghembuskan nafasnya dengan kasar, sepagi ini Cakra sudah berteriak memanggil namanya. Mau tidak mau Nisa mengehentikan aktivitas mencuci piringnya untuk segera menghampiri Cakra.
"NISA! SEPATU GUE MANA YANG PUTIH?!"
Lagi-lagi Nisa mendesah, ia memasuki kamar Cakra setelah mengetuk pintunya.
"MANA SEPATU GUE?!
"Sepatu yang mana kak? Aku gak pernah pegang barang kakak.."
Nisa sendiri juga tidak tahu mengenai sepatu yang dimaksud Cakra, apalagi ia memang tak pernah dengan lancang memegang barang milik Cakra.
Cakra mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Gimana lo bisa gak tau? Lo kan yang sering bersihin rumah ini, NISA!!"
Nisa sempat memejamkan matanya ketika Cakra berteriak dengan kencang tepat di hadapannya.
"Aku gak tau kak..."
"Gimana lo bisa gak tau, ANJI*G!! Itu sepatu kesayangan gue dari Eli!!"
Tanpa disadari Cakra menyebutkan nama Eli hingga membuat Nisa mengernyitkan keningnya.
E-Eli? Siapa Eli yang kak Cakra maksud?
"E-Eli?"tanya Nisa dengan pelan.
Cakra menoleh ke arah Nisa, ia sempat menggerutu di dalamnya hatinya karena telah keceplosan menyebutkan nama kekasihnya, Eli. Entah mengapa dari dalam diri Cakra, ia sangat tak ingin Nisa tau mengenai Eli.
"Ck! Lo harus cari! Gue gak mau tau, pulang kuliah nanti sepatu itu udah harus ketemu!"
Cakra mengambil sepatu lain untuk ia gunakan, ia ingin cepat pergi ke kampus bertemu dengan Eli, ia sangat merindukan Kekasih tercintanya itu.
Sekali lagi, Cakra menatap Nisa dengan tajam. "Inget! Lo harus cari sampai ketemu! Sepatu gue jauh lebih mahal dari harga diri lo!"
Sesak! Itulah yang dirasakan Nisa setelah mendengar penghinaan yang terlontar dari mulut Cakra, hatinya sangat teriris mendengarkan itu.
"Jadi istri itu yang berguna!"
Cakra segera pergi dari hadapan Nisa, ia menabrak bahu Nisa dengan kencang dan membanting pintu kamarnya.
Hahh... Serendah itu kah aku di mata mu kak?
*****
Sesampainya di kampus Cakra segera memasuki kelasnya, ia mendudukkan dirinya di samping bangku Haris.
"Lah udah sembuh lo?! Gue ki--"
"APA?! Lo mau doain gue yang jelek-jelek gitu?!"
Cakra menjawab ucapan Haris dengan ketus, mood-nya sudah berantakan, ditambah lagi Haris yang membuat nya semakin gila.
Haris terkekeh, sudah menjadi biasa untuknya mendapatkan ketusan dari Cakra.
"Lo seminggu ini lihat Eli gak? Dia nyariin gue gak? Lo tau ngapain aja dia selama gak ada gue?!"
Cakra langsung bertanya-tanya pada Haris, sepanjang ia berjalan menuju kelasnya, ia tak melihat Eli sama sekali, biasanya ia akan bertemu Eli di area parkiran.
"Lo kira gue emaknya? Ogah banget gue ngurus tuh bocah! Cuma sekali doang dia tanya ke gue tentang lo, terus yaudah abis itu gue gak pernah lihat dia lagi!"
Cakra mendengarkan penuturan Haris dengan serius, ia memijat pelipisnya dengan pelan kemudian memutuskan untuk segera pergi dari kelasnya untuk mencari Eli.
"Eh lo mau kemana?! Hari ini dosen killer woy!"
Cakra menghiraukan teriakan Haris dari dalam kelasnya, ia terus melangkahkan kaki menuju area parkiran mengambil mobilnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah memikirkan Eli, Eli dan Eli.
Apa benar kata Haris tadi? Apa lo baik-baik aja?! Sial! Kenapa gue gak tenang gini!
Cakra terus melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk segera sampai di apartemen milik Eli.

KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...