"Kenapa Nisa bisa pergi Cakra? Kamu itu benar-benar---"
"Jangan pa! Jangan pukul Cakra!"
Siska menahan tangan Jeffry yang hampir saja mendaratkan sebuah pukulan pada wajah anaknya.
"Kamu punya otak fungsinya untuk apa sekarang papa tanya?! Kesalahan kamu fatal! FATAL! bisa-bisanya kamu melakukan hal yang tak pantas kamu lakukan seusiamu Cakra apalagi kamu sudah berkeluarga!"
Jeffry mendesah, ia kembali menatap Cakra dengan tatapan kecewanya.
"Siapa yang kamu tiru? Papa sama mama gak pernah ngajarin kamu jadi lelaki berengs*k seperti itu! Kamu ngotot pengen tinggal terpisah dengan kami, kamu beli rumah itupun kami juga gaktau darimana asal uang sebanyak itu, dan ternyata seperti ini tingkah kamu diluar pengawasan kami hah? Papa kecewa dengar semuanya dari mantan kekasih kamu, siapa yang ngajarin kamu melakukan hal tak senonoh seperti itu Cakra?!"
Cakra yang sedari tadi menunduk, kini memberanikan diri untuk menatap raut wajah kecewa sang papa.
"Ka-kami melakukannya karena kami sama-sama mau Pa, bukan Cakra yang memaksanya.."
Pyar!!
Sebuah gelas kaca berhasil mendarat mengenai kening Cakra hingga menciptakan sebuah luka goresan disana.
"Apapun alasannya, wanita itu dijaga Cakra!! Wanita itu bukan pakaian yang bisa kamu gunakan lalu kamu lepas begitu saja bodoh!! Papa gak ngerti lagi, kamu pintar sekali menyembunyikannya selama ini, Papa hadirkan Nisa dalam hidup kamu supaya kamu bisa berubah, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah dengan tega main kasar dengannya, kamu tega selingkuhin dia bahkan kamu hampir menikahi Eli dan meminta Nisa untuk menjadi saksi dipernikahanmu? Kamu benar-benar gila!"
"Cakra,, apa yang telah terjadi sekarang mama rasa ini adalah hukuman untuk kamu, kamu tau? Setelah kejadian ini semua... Mama kecewa sama diri mama sendiri karena ngerasa gagal jadi seorang ibu untuk kamu nak..."sela Siska
Cakra menggelengkan kepalanya, kembali ia menatap satu-persatu wajah kedua orangtuanya.
"Ini semua salah Cakra, mama gak gagal jadi ibu untuk Cakra begitu pula dengan papa.. ini semua salah Cakra karena terlalu bodoh ma, pa.."
"Ya, kamu memang bodoh! Sudahlah terima saja perceraian dari Nisa. Biarkan dia bahagia dengan kehidupannya sendiri.. papa gak bisa bantu kamu cari dia."
Deg!
Cakra menatap sendu Papanya.
"Gakbisa pa, Cakra gakbisa cerai dari Nisa.. Cakra menyesali semuanya pa.. Cakra gakakan ngulangin semua kesalahan Cakra lagi.. tolong bantu Cakra pa.. tolong...Cakra mohon, sekali ini bantu Cakra hiks!"
"Ma...bantu Cakra..hiks!"
Cakra berlutut dihadapan kedua orangtuanya, ia tak memiliki siapa-siapa lagi selain Siska dan Jefrry karena ia sudah memutuskan hubungan pertemanan nya dengan Haris.
"Masuklah ke kamarmu, dan renungi semua kesalahamu.. Papa nyerah, urus saja sendiri masalah rumah tanggamu itu.."
Jefrry bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Cakra dan Siska yang masih berada diruang keluarga.
"Ma..."
"Semua akan baik-baik saja nak, mama akan coba bujuk papa supaya bisa membantu kamu menemukan Nisa.."
Setelah itu Siska juga langsung bangkit dari duduknya meninggalkan Cakra disana sendirian, ia menyusul suaminya yang sudah berada didalam kamar.
Cakra kembali menyeka Airmatanya, dadanya benar-benar merasa sesak ketika seharian ini tak menemukan keberadaan Nisa, Istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...