11. Anak Pembantu

75K 6.5K 766
                                    

"Apa ini sayang? Sejak kapan lo bawa bekal ginian? Hahaha aneh banget!" Eli merebut totebag yang dipegang oleh Cakra, ia mengernyitkan keningnya ketika melihat kotak bekal yang dibawa oleh Cakra.

"Mau lebih bersih gue." Cakra mulai mengambil kotak bekal yang di siapkan oleh Nisa lalu membukanya melihat lauk dan sayur yang dimasak. Tangannya terulur untuk mencoba menyendokan nasinya ke mulut dan mengunyahnya perlahan.

Lezat sekali, Sejak kapan gue jadi kecanduan masakan dia?

"Bytheway, siapa yang masak ini? Mama?"

Cakra menggeleng. "Bukan, anak pembantu gue yang masak."

Anak pembantu? Bagaimana perasaan Nisa jika Cakra memperkenalkannya sebagai anak pembantu di depan teman-temannya?

"Sejak kapan lo punya pembantu? Bukannya lo gak suka ya kalau orang asing datang ke rumah lo?"

"Sebulan yang lalu, mama yang kirim dia.."

Eli menganggukkan kepalanya, ia terus mengulas senyum melihat Cakra makan dengan lahap tak seperti biasanya.

"Boleh dong kenalin gue sama anak pembantu lo itu, biar gue belajar masak sama dia.."

Cakra mengulas senyum tipisnya. "Tentu!"

Hah anak pembantu? Cocok sekali sebutan itu untuk Nisa..

Siang hari setelah menyelesaikan kegiatan kuliahnya, Cakra mengantar Eli ke Apartementnya, ia singgah terlebih dahulu di sana, mendudukkan dirinya di ranjang milik Eli sambil memainkan ponselnya.

"Sayang gue buatin minum ya?" tawar Eli

"Oke, jus jeruk seperti biasa ya sayang."

Dret!

Cakra mengambil ponsel Eli yang berada di nakas, ia membuka pesan yang masuk di ponsel kekasihnya itu.

Satu pesan dari nomor tak di kenal sukses membuat Cakra mengerutkan keningnya.

+62 812134xxxx :

"Jam 9 ditempat biasa."

Eli segera merebut ponselnya dari tangan Cakra ketika matanya tak sengaja melihat kekasihnya itu mengotak-atik ponselnya dan segera memasukkan nya di saku Hoodie yang dipakainya.

"Siapa?"selidik Cakra

"Em? A-apa?"

"Lo mau kemana jam 9 nanti?"

"Oh, lo baca chat temen gue ya tadi?"

Cakra terus menatap Eli hingga membuat Eli kesusahan untuk sekedar menelan ludahnya.

"Ke-kenapa? Ha-ha astagaa, dia Marsya sayang. Nanti jam 9 dia mau ngajak jalan-jalan.."

"Kenapa harus jam 9? Bukankah itu terlalu malam?"

Eli mengendikkan bahunya, kemudian ia memberikan segelas jus jeruk kepada Cakra.

Huft... hampir aja..

Cakra meneguk jus jeruk hingga tandas, cuaca yang sangat panas di luar sana membuat tenggorokan nya sangat kering.

Eli menerima gelas yang kosong dari tangan Cakra dan menaruhnya di nakas.

"Sayang main yuk?"

"Lo gak capek apa hampir tiap hari kita main terus?"

Eli menggelengkan kepalanya, ia mulai mendudukkan dirinya di atas pangkuan Cakra, tangannya yang nakal terus berkeliaran mencoba untuk memancing Cakra.

"Emmm, lo emang jago ya urusan beginian.."ucap Cakra disela-sela pungutan bibirnya.

Eli terus saja melakukan aksinya, ia membuka satu persatu kancing kemeja Cakra tanpa melepas pungutannya hingga mereka sudah dalam kondisi tak berbusana, kali ini Eli yang memimpin permainan mereka.

****
Sebagian kalimat sudah dihapus/diubah 🙏

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang