Minggu, pukul 07.00
Tok! Tok! Tok!
Nisa terus saja mengetuk pintu kamar Cakra, tetap pada rutinitasnya untuk memasak di pagi hari tapi sayang pada saat membuka kulkas ia melihat tidak ada lagi bahan makanan yang tersisa maka dari itu ia berusaha memberanikan diri untuk menemui Cakra.
Clek!
Cakra membuka pintu kamarnya dengan kasar."Apa, sih, Nisa, astaga! Lo tuh ganggu tidur gue tau gak!?"sentak Cakra.
"A-aku mau ma-sak.."
"TERUS URUSANNYA SAMA GUE APA BEGO?!"
Nisa memejamkan matanya ketika mendapat bentakan sepagi ini dari Cakra."Em.. ba-han makanan di kulkas ha-bis, kak."
Cakra diam menatap Nisa dengan wajah datarnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia mengacak-acak rambutnya dan langsung mengambil dompet di dalam kamarnya, mengambil sebuah kartu kredit.
"MASUK NISA!"
Ah.. apa? masuk? Masuk ke kamarnya?
"MASUK BEGO!"
Nisa menghela nafasnya, menetralkan rasa takut yang ada di hatinya, perlahan ia melangkahkan kakinya menghampiri Cakra yang sedang berdiri membelakanginya.
"Lo mau belanja, kan?" Cakra membalikkan badannya menghadap Nisa dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
Nisa mengangguk, ia terus meremas jemarinya, keringat mulai membanjiri keningnya padahal pendingin udara di kamar Cakra masih menyala.
"Lo bawa kartu ini untuk belanja kebutuhan."
Cakra menyerahkan kartu kreditnya pada Nisa tapi belum juga Nisa mengambilnya, Cakra langsung menarik kembali kartu kredit itu dan menyembunyikannya di kantong depan celananya.
"Eits, enak aja lo mau ngambil kartu gue segampang itu.."Cakra menyembunyikan senyum sinisnya, ia berjalan dan mendudukkan dirinya di pinggir kasur.
Nisa mengernyitkan keningnya, tampak raut kebingungan di wajahnya, ia terus saja memperhatikan Cakra.
"Lo tau, kan, kalau di dunia ini gak ada yang gratis?"
"Ma--maksud kakak?"
"Lo, jadi istri bego banget ya ternyata, tolol!"
Nisa menghela nafasnya lagi, ia sudah terlalu kebal dengan semua penghinaan itu.
"Lo harus bayar kalau mau kartu kredit ini!"Cakra mengulas senyum liciknya pada Nisa.
"Aku gak pu-nya ua-ng kak."ucap Nisa terbata-bata, ia merasa aura yang berbeda dari Cakra.
Sebenarnya apa yang kak Cakra rencanain? Kenapa aku jadi gugup sekarang, astaga.. Jangan bilang kalau selain kasar, kak Cakra juga pelit...?
"Gue gak butuh dibayar pakek duit lo."
"Terus?"
"Sini!" Cakra menepuk pahanya sekilas.
"SINI!"
Setelah mendapatkan bentakan Cakra, Nisa perlahan memberanikan dirinya untuk menghampiri Cakra dan....
Cakra menarik lengan Nisa hingga ia berhasil duduk di pangkuannya.
Detak jantung Nisa tak beraturan, nafasnya tercekat, ketika Cakra mengenduskan kepalanya di lekukan leher miliknya.
Cakra mengecup leher Nisa, tanpa memperdulikan Nisa yang sedari tadi ingin melepaskan diri dari pangkuan Cakra.
"K-----Kak..."
Cakra menjauhkan bibirnya dari leher itu, ia tersenyum penuh kebanggaan melihat jejak kemerahan yang tertinggal di sana.
"Nih kartu kredit buat lo! Udah lo sana pergi!"usir Cakra.
Nisa segera bangkit dan berlari meninggalkan kamar Cakra setelah mendapatkan kartu kredit darinya.
Hahaha, dasar bego! Mimpi apa gue bisa punya istri bego kek dia, gampang banget gue permainin cih! Murahan lo njing!
Cakra kembali merebahkan dirinya di kasur, ia memejamkan matanya, tanpa sadar seulas senyum tipis menghiasi wajah tampannya itu.
****
Sebagian kalimat sudah dihapus/diubah.
Sekedar informasi kalau Deora akan diterbitkan di Shinnamedia24. Untuk kalian yang tertarik agar tetap stay di lapak ini ya untuk mendapatkan informasi selanjutnya. 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomantizmTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...