40. Kegelisahan Cakra

69.7K 6.3K 621
                                    

"Gue harus pulang sayang.."

Eli menggelengkan kepalanya, jemarinya perlahan membuka kancing baju Cakra satu-persatu, ia pun juga menghiraukan penolakan dari Cakra.

"Eliiiii, cukup. Kita sudah melakukannya, gue ha--"

Cakra mengurungkan ucapannya ketika Eli meraup penuh bibirnya, tangan Eli dengan liar terus menggerayangi tubuh Cakra hingga akhirnya Cakra mendesah pasrah mengikuti permainan Eli.

Gue harus pulang malam ini juga apapun caranya, Nisa udah nunggu gue dirumah.

Eli merebahkan tubuh Cakra tanpa melepaskan pungutan bibirnya, ia yang akan memimpin kegiatan ini.

Kurang lebih setengah jam mereka melakukan hal itu, Cakra dengan segera kembali memakai pakaiannya tanpa menoleh kearah Eli.

"Gue harus pulang sekarang.."

"Tapi say---"

"Gak bisa Elii, udah tiga hari ini gue gak pulang!"

Eli membisu memperhatikan Cakra yang sedikit berbeda, ia juga merasa jika selama permainan nya tadi Cakra terlihat seperti tak menikmati.

"Kenapa? Bukankah biasanya juga seperti itu? Bukannya lo lebih senang menghabiskan waktu di apartemen gue? Kenapa sekarang lo lebih banyak menghabiskan waktu di rumah?"

Deg!

Sial! Bener juga kata Eli! Gue harus ngomong apa sekarang?

"Cakra?"

Cakra menolehkan kepalanya ke arah Eli, ia mendesah kemudian duduk di samping Eli.

"Gue pulang dulu, besok gue jemput lo, oke?"

Cakra mengecup kening Eli sekilas dan kemudian segera pergi dari hadapan Eli tanpa berniat menanggapi teriakan Eli.

Cakra mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, pikirannya tak tenang. Perkataan mama nya kembali menghantui nya.

Gimana kalau Nisa ngadu ke mama dan mama benar-benar bawa Nisa pergi? Gak!! Ini semua gak akan terjadi! Gue gak akan biarin satu orangpun bawa Nisa pergi dari gue!!

Brak!!

Gue bisa gila kalau kayak gini caranya!!

Cakra memukul stir mobilnya dengan kencang, yang harus ia lakukan adalah untuk segera sampai di rumah nya.

Gelisah, khawatir, semua menjadi satu dalam dirinya.

Disisi lain, tentu saja Nisa. Selama tiga hari ini selalu menunggu kedatangan Cakra. Tiga hari yang lalu pula Cakra mengatakan padanya akan pulang sore hari tapi kenapa sampai saat ini ia tak muncul juga.

Nisa mendudukkan dirinya di depan teras rumah sedari tadi, jemarinya terus saling meremas. Ia ingin sekali meminta bantuan mama untuk menghubungi Cakra, tapi ia teringat dengan kemarahan Cakra ketika ia menghubungi mama Siska.

Sesekali Nisa mendongak agar buliran air mata itu tidak jatuh, di pandang nya langit yang menggelap itu, seulas senyum lirih tercipta di bibirnya.

Apa yang dia lakukan di luar sana sampai tiga hari ini tak pulang ke rumah? Salahkah jika aku merindukan nya? Hah.. aneh, bagaimana mungkin aku bisa menaruh hatiku pada lelaki seperti nya.

Nisa mengarahkan pandangannya pada jemarinya, ia memainkan sebuah cincin yang melingkar di jari manis nya, cincin pernikahan nya dengan Cakra.

Bahkan ia tak pernah menggunakan cincin pernikahan ini, ia selalu menganggap bahwa pernikahan kita merupakan kesalahan. Aku yang bodoh karena terlalu cepat mencintainya hingga rasa inilah yang akhirnya menyakiti diriku sendiri.

Di hembuskan nya nafas itu dengan kasar, Nisa kembali menatap kearah langit.

"Hiks...hiks..hiks..."

Airmata itu akhirnya menetes juga padahal Nisa sudah sekuat hati untuk menahannya.

Sakit! Aku terlalu bodoh berharap dengan nya.. hiks.

Nisa menghapus air mata itu dengan kasar, ia memutuskan untuk masuk. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar tamu, dan merebahkan dirinya disana.

Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia yakin bahwa Cakra tidak akan pulang lagi. Ia memiringkan posisi tidur nya menghadap jendela kemudian di pejamkanya mata itu.

Brum!

Satu jam kemudian Nisa terbangun ketika telinganya menangkap suara mobil Cakra yang terparkir diarea rumah. Ingin sekali rasanya Nisa menghampiri Cakra, tapi ia berusaha untuk menahan itu, ia lebih memilih untuk tak bergeming dari posisi tidurnya.

Ia juga mendengar Cakra memanggilnya berkali-kali, mungkin Cakra sedang mencarinya karena tak berada di kamar Cakra.

Clek!

Mendengar suara pintu yang terbuka membuat Nisa berpura-pura untuk memejamkan matanya.

"Astaga.. kenapa lo tidur disini Nisa? Gue cariin lo. Gue kira lo beneran pergi..."gumam Cakra.

Nisa merasakan kasur yang bergoyang, dan ia sempat sedikit terkejut ketika tangan Cakra melingkar di pinggang nya, Cakra juga mengenduskan kepala di ceruk leher Nisa. Erat! Sangat erat! Cakra memeluk Nisa dengan erat.

Hah...gue khawatir ketika lo gakada di kamar, gue takut lo dibawa pergi sama mama.

Nisa menggigit bibirnya dalam untuk menahan isak tangisnya agar tak terdengar oleh Cakra.

"Hiks..hiks.."

Nisa tak bisa lagi menahannya, tak bisa lagi menahan kesedihan yang ia rasakan.

"Nisa? Nisa hey... Lo nangis?"

Cakra langsung membalikkan badan Nisa agar menghadap nya, hatinya merasa teriris melihat mata sembab Nisa padahal sebelumnya ia sangat tak peduli ketika Nisa menangis.

"Jangan nangis, kenapa nangis? Gue disini Nisa, gue ada disini.. Jangan nangis gue gak suka lihat air mata sialan ini.."

Cakra mengusap air mata Nisa, ia berusaha agar Airmata Nisa tidak terus mengalir.

"Ni-nisa capek..."

Deg!

"Gak! Lo gak boleh capek, gue ada disini sama lo.. diem jangan nagis lagi..."

Cakra membawa Nisa kedalam pelukannya, ia mengecup berkali-kali puncak kepala itu. Cakra terus mengusap-usap punggung Nisa agar Nisa lebih tenang.

Gue gakmau lo ngomong gitu Nisa, maafin gue, hati gue sakit lihat lo nangis, huh... Gue harus gimana sekarang?

"G-gue sibuk ngurusin kuliah, jadi gue gak pulang tiga hari ini karena itu, maafin gue karena buat lo nunggu gue.."

Cakra berusaha menutupi kebohongan nya, ia benar-benar tidak bisa melihat Nisa yang seperti ini.

"Sekarang lo tidur ya, gue ada disini buat nemenin lo."

Nisa menganggukkan kepalanya, ia mendesah pasrah, ia juga membiarkan Cakra memeluknya karena berada di pelukan Cakra membuat Nisa merasa nyaman dan tenang.

Gue gak akan biarin lo pergi dari sisi gue.


🌹🌹🌹🌹

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTENYA GUYS...

🌹🌹🌹🌹

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang