50. Tidak, Bertahanlah!

107K 7.4K 1.5K
                                    

"Hiks.. kalian semua tega! Nisa benci dengan semua keadaan ini, Ni----sa.. hiks!"

Nisa telah meninggalkan rumah itu, Nisa telah meninggalkan acara yang belum sepenuhnya selesai, tanpa alas kaki ia berjalan menyusuri jalanan tanpa memperdulikan rasa sakit di telapak kakinya.

Ia ingin pulang, ia ingin mengadu segala kesakitannya pada sang Ayah, tapi jika diingat bagaimana perlakuan ayahnya.. apakah dia akan peduli dengan semua rasa sakit yang dirasakan oleh Nisa?

Langit sudah mulai menggelap bersamaan dengan sampainya Nisa di sebuah rumah dimana ia dibesarkan.

Nisa berulang kali menghapus Airmatanya dengan kasar, tangannya perlahan terangkat untuk mengetuk pintu itu.

Tok...tok....tok

"A--ayah, i--ni Nisa..."

Tok...tok...tok

"A--ayah... Ini Ni---"

Clek!

Pintu terbuka dengan kasar menapakkan Johan yang berdiri disana dengan tatapan tak sukanya pada Nisa.

Penampilan Nisa tak luput dari perhatian Johan, ia menatap dari ujung ke ujung, ia juga memperhatikan mata sembab Nisa yang begitu memerah.

"Ada apa lagi kamu datang kemari?!"

"Bo-lehkah Nisa memeluk ayah? Nisa butuh ayah, Ni-sa butuh bahu ayah untuk bersandar, Ni--nisa butuh pelukan ayah, hiks!"

"Pergilah.."ucap Johan dengan acuh.

Nisa menatap sendu ayahnya yang baru saja mengusirnya begitu saja.

"Izinkan Nisa memeluk ayah,hiks.."

Johan menggelengkan kepalanya dengan tegas sebagai tanda ia menolak permintaan putrinya.

"Apa Cakra meninggalkanmu? Apa Cakra membuangmu? Cih, kasihan sekali! Lihat penampilan mu begitu mengenaskan!"

Nisa mengangguk, membenarkan perkataan Johan, ia memang menyadari jika penampilannya benar-benar mengenaskan, disetiap ia melangkah, disana juga banyak orang yang menatap nya aneh, tapi Nisa tak memperdulikan itu,, ia hanya ingin untuk sampai ke rumah nya sesegera mungkin.

"Kak Cakra me-menikah lagi yah, wanita itu ha-mil, kak Cakra menikahinya,, hiks..hiks.. sakit yah hati Nisa..."

Nisa kembali menangis tersedu-sedu ketika harus mengingatnya, mengingat ketika Cakra kembali bersama wanita lain dan memintanya untuk menjadi saksi dipernikahan itu.

Johan terdiam, tangannya terkepal untuk tidak melakukannya, untuk tidak memberikan pelukan pada wanita malang di hadapannya.

"Oh, bagus kalau gitu. Kamu memang tidak becus mengurus nya, jika dia menikahi wanita lain itu tandanya memang kamu tidak berguna. Dan enak saja kamu baru datang kemari setelah Cakra menyakiti mu! Kamu pikir rumah ini hanya tempat untuk mengadu mengenai rasa sakitmu saja? Cih!"

Nisa menggeleng, bagaimana mungkin ia bisa datang kemari jika Cakra saja tak memberikan nya izin untuk keluar sedikit saja dari rumah itu.

"Maafin Nisa yah, Nisa mohon izinkan Nisa untuk memeluk ayah... Nisa butuh ayah, hiks!"

"Pergi!"

"Nisa mohon... Izinkan sekali ini yah, berikan Nisa kesempatan sekali saja untuk memeluk ayah.. izinkan Nisa untuk memeluk ayah untuk yang terakhir kalinya, Nisa janji setelah ini Nisa akan pergi dari hadapan ayah... Hiks..hiks.."

Nisa berlutut, ia memeluk kaki ayahnya dengan erat, ia terus saja memohon agar Johan memberikan izin untuk memeluk nya.

"Pergi dari sini! PERGI!! DASAR ANAK TAK BERGUNA, PERGI!!!"

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang