51. Tangisan Cakra

116K 6.9K 1.4K
                                    

Sesampainya dirumah sakit, Nisa langsung dibawa menuju ruang UGD, ruangan yang biasanya digunakan untuk menangani pasien gawat darurat. Sempat terjadi pertengkaran antara dokter dengan Cakra karena Cakra memaksa untuk menemani Nisa didalam sana.

"Lo bisa nunggu disini gak atau gue patahin kaki lo sekarang juga!! Jangan menghalangi mereka untuk menangani Nisa!"

Setelah mendapatkan peringatan dari Haris akhirnya Cakra menyerah, ia menuruti kata Haris untuk menunggu di luar saja agar dokter sesegera mungkin menangani Nisa.

Cakra tidak bisa tenang, ia terus berjalan mondar-mandir didepan ruangan itu. Matanya terus menerawang pintu ruangan itu berharap dokter menyelematkan nyawa istrinya.

"Lo bisa duduk gak?! Pusing gue lihat lo mondar-mandir gak jelas!"

Cakra menggeleng lemah, ia tak menanggapi perkataan Haris.

Tolong selamatkan Nisa, tolong, gue mohon selamatkan Nisa.. dia kuat, istri gue kuat, bertahanlah Nisa, bertahan.. gue mohon demi kita, demi gue, gue mohon bertahan..

"Ini semua salah lo! Kalau aja lo pakek sedikit otak lo, gak mungkin Nisa berakhir jadi seperti ini!!"

Langkah Cakra terhenti mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Haris, ia menyeka sedikit Airmatanya. "Gue tau gue salah, ini emang salah gue.."

"Ya lo bego! Kalau gak salah lo terus sal---"

"CAKRA!"

Bugh!

Sebuah pukulan berhasil mendarat dipipi Cakra. Jefrry yang melakukan itu, ia mendapat kabar yang begitu mengejutkan dari Haris dan langsung memutuskan untuk kembali ke kotanya.

"Apa yang kamu lakukan pada Nisa?! Kenapa dia bisa seperti ini, CAKRA!!"

Bugh!

Kedua kalinya pukulan itu mendarat di pipinya, hingga menyebabkan Cakra tersungkur ke lantai. Jeffry juga mencekram kerah baju Cakra, tatapannya begitu tajam mengarah pada Cakra.

"Anak macam apa kamu? Siapa yang mengajari mu untuk menjadi bajing*n seperti ini hah?!!"

Cakra terdiam, ia tak berani membalas Jeffry, ia begitu pasrah ketika mendapatkan dua kali pukulan yang begitu keras dipipinya.

"Bangun kamu!"

Jeffry menarik paksa kerah baju itu supaya Cakra bangkit dari posisinya.

Plak!

"Papa kecewa sama kamu! Jika kamu terlahir menjadi seorang bajing*n seperti ini lebih baik papa menyuruh mama untuk menggugurkan mu!!"

"Hiks.. kenapa kamu melakukan ini Cakra? Apa salah Nisa? Apa salah wanita itu nak? Bagaimana bisa kamu melakukan hal bodoh itu? Sakit hati mama, sakit...hiks!"

Siska berjalan menghampiri Cakra, ia mengguncang kedua lengan putra semata wayangnya, ia juga memukul-mukul dada Cakra.

"Nisa wanita baik nak, mama menjodohkan mu dengannya bukan tanpa alasan, mama mengenalnya dengan baik sayang..."

Cakra terdiam, ia tak sanggup mengatakan apapun ketika melihat begitu kecewanya kedua orangtuanya.

"Ma-maaf, maaf... Maaf..."

"Simpan maaf tak berguna mu itu! Jika terjadi sesuatu pada Nisa, maka mama gak sudi untuk mengakui mu sebagai anak mama!"

Deg!

Sebegitu sayangnya kalian dengan Nisa, gue emang lelaki bodoh telah menyia-nyiakan wanita sebaik Nisa... Gue mohon setelah ini lo jangan pergi dari hidup gue Nisa, gue akan berusaha menembus semua kesalahan gue, gue janji.. kita akan bahagia, ya kita akan bahagia.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang