Dimana kamu empat hari ini Cakra? Bisa pulang gak?!
Ingat tanggung jawab kamu! Kamu itu seorang lelaki yang sudah memiliki istri! Dimana otak kamu sampai membiarkan istrimu begitu mengkhawatirkan mu!? Jangan sampai kamu sia-siakan Nisa selama dia masih ada denganmu!!
Mama gak mau tau, kamu harus pulang sekarang atau mama akan bawa pergi Nisa dan menikahkannya dengan lelaki lain yang bisa lebih membahagiakan nya!!
Kamu akan menyesal jika mama bawa pergi Nisa! Gak akan ada lagi Nisa-Nisa yang lain di dunia ini! Gak akan pernah ada lagi wanita tulus yang mau merawat mu!
PULANG SEKARANG!!!
Cakra berusaha memejamkan matanya, tapi semua ucapan mama nya selalu terngiang-ngiang hingga membuatnya tak bisa tidur dengan tenang.
Ketika itu ia merasa gelisah, sangat gelisah. Perkataan mamanya telah benar-benar membuat Cakra gelisah, bahkan setelah itu ia langsung memutuskan untuk pergi dari apartemen Eli dan menghiraukan teriakan Eli.
Kenapa sama gue? Jangan bilang kalau gue mulai memiliki perasaan sama Nisa? Hahaha, gak! Ini gak boleh terjadi! Pernikahan ini hanya kesalahan.
Shit!! Apa ini? Menyesal? Nisa akan pergi? Gak! Itu semua gak akan pernah terjadi!
Cakra bangkit dari tidurnya, ia mengacak-acak rambutnya dengan kasar, pikirannya tidak tenang saat ini. Ia memutuskan untuk turun ke lantai satu, ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar tamu yang ditempati oleh Nisa.
Clek!
Cakra membuka pintu itu dengan pelan dan mengintip sekilas Nisa yang ternyata sudah larut dalam tidurnya. Cakra melangkah dengan pelan agar suara kakinya tidak terdengar oleh Nisa. Ia duduk disamping Nisa, di perhatikan nya terus wajah cantik itu, tangannya terulur untuk menghapus sedikit air mata yang tersisa di sudut kelopak mata Nisa.
Lo selalu nangis karena gue, kenapa lo bisa bertahan sejauh ini padahal gue selalu mukul lo, selalu kasar sama lo, tapi lo masih setia buat ngurus gue... Lo tau? Sekarang gue merasa gak tenang, apa gue bakal nyesel kalo lo pergi dari hidup gue seperti yang di katakan sama mama?
Digenggamnya tangan Nisa, dan sebelah tangannya lagi memegang dadanya sendiri mengecek apakah debaran itu dirasakan olehnya atau tidak.
Gak! Gak mungkin, ini pasti salah! Kenapa hati gue berdebar Nisa ketika megang tangan lo?
Cakra langsung melepaskan genggaman tangan itu, ia membenarkan selimut Nisa hingga ke atas pinggang, lagi-lagi tangannya mengulur untuk mengusap rambut Nisa, tanpa sadar Cakra mengulas senyumnya. Kemudian ia mulai mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya di kening Nisa cukup lama.
Gue akan coba buat berdamai sama lo, gue akan ngetes perasaan gue ke lo.... tapi bagaimana dengan Eli? Dia Kekasih gue dan lo istri gue, siapa yang harus gue pilih?
Cakra menggigit kuku jemarinya, pandangannya masih setia tertuju pada Nisa, ia masih berkecamuk pada pikirannya, hatinya masih bimbang untuk menentukan siapa yang harus ia pilih. Ia ingin bersama Eli tapi di sisi lain dari hatinya yang paling terdalam ia tak ingin mama nya benar-benar akan membawa Nisa pergi, entah itu karena ia sudah terbiasa diurus oleh Nisa ataukah perasaan lainnya.
Maafin gue Nisa, gue selalu gak bisa untuk kontrol diri gue ketika lo buat kesalahan, gue selalu maksa lo jadi apa yang gue ingin sampai gue nyakitin fisik dan hati lo.. sekali lagi maafin gue Nisa kalau kedepannya gue masih suka nyakitin lo..
Cakra mengecup punggung tangan Nisa sekilas sebelum akhirnya ia keluar dan menutup pintu kamar Nisa, Cakra mendudukkan dirinya di meja makan, ia membuka tudung saji melihat sup ayam buatan Nisa yang sepertinya belum tersentuh sama sekali. Cakra tersenyum miris melihat itu, ia mendesah kemudian membawa sup itu ke dapur untuk di panaskan lagi.
Ia menuangkan sup nya di mangkuk kecil yang sudah ia siapkan, ia juga memakan nya di dapur, satu mangkuk, dua mangkuk, tiga mangkuk dan mangkuk-mangkuk selanjutnya dihabiskan oleh Cakra sendiri hingga perutnya terasa ingin meledak.
Cakra kemudian mendudukkan dirinya di sofa, menatap seluruh sudut ruangan, ia bangga dengan Nisa yang sangat gesit merawat rumahnya.
Gue heran sama lo Nisa, lo sangat baik dalam ngurus gue serta rumah gue ini.
Setelah lama merenung akhirnya Cakra tanpa sadar terlelap dalam tidurnya di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...