42. Lagi-lagi Eli

71.8K 6.3K 467
                                    

Clek!

Dibukakannya pintu apartemen itu ketika Cakra sudah tiba di apartemen Eli.

"Lihat jam berapa ini? Lo janji bakal jemput gue, sekarang kita terlambat Cakra!"

Cakra mendesah, niatnya hari ini ingin menghabiskan waktu dengan Nisa malah diganggu oleh Eli, sebenarnya jika Cakra mau,, Ia bisa saja menolak untuk pergi dari rumah namun ketika Eli marah padanya ia sesegera mungkin untuk menghampirinya.

"Bolos gak masalah kan? Lagian gue juga bosen kuliah terus..."

"Terus kenapa bisa terlambat jemput gue? Gue nunggu lo dari tadi Cakra! Gak biasanya lo ngulur waktu gini!"

"Ya sorry gue lupa.."

"Lupa? Sejak kapan lo bisa lupa menyangkut hal yang berurusan sama gue? Ada cewe lain lo?!"

Mata Eli menyipit memandang curiga Cakra.

"A-apa sih lo? Jangan main tuduh deh! Lo kali yang punya laki lain!"

Deg!

Gak! Gue yakin Cakra gaktau sama sekali soal Derry.

"Gue? Kok lo jadi nyalahin gue? Jelas-jelas lo akhir-akhir ini yang sedikit berbeda, lo selalu tepat waktu kalau berurusan sama gue, lah sekarang?"

Cakra menoleh kearah Eli, selalu saja Eli memperbesar masalah, bolehkah jika Cakra menyesal telah meninggalkan rumah demi ke apartemen Eli sekarang?

"Lo nyuruh gue kesini cuma buat bertengkar doang hem?! Kebiasaan tau gak selalu saja lo besar-besarin masalah!"

"Ya lo yang salah! Lo berb---"

"Diem gak!? Atau gue pergi dari apartemen lo!?"

Eli terdiam membisu ketika mendengar suara Cakra yang mulai meninggi, ia mengepalkan tangannya berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa tidak ada perubahan dalam diri Cakra.

"Haha, bahkan sekarang lo mulai berani bentak gue.."

Cakra mendesah frustasi, bukannya berhenti malah Eli semakin jadi membuat Cakra emosi.

"Siapa yang bentak lo? Baperan banget lo sekarang jadi orang!"

"Kalau gak bentak terus apa namanya? Gue gak tuli Cakra, jelas-jelas lo bentak gue ta---"

"BISA DIEM GAK LO HAH??!!!"

Eli terjingit kaget ketika Cakra berteriak tepat dihadapannya, matanya mulai berkaca-kaca. Selama berpacaran dengan Cakra, Cakra selalu memperlakukannya dengan lembut tidak seperti sekarang, pertama kalinya Cakra benar-benar terlihat emosi di hadapan Eli.

Eli bangkit dari duduknya, ia berlari menuju kamar dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.

Melihat itu benar-benar membuat Cakra kehilangan akal, ia menendang sofa yang ia duduki tadi dengan kencang, ia pasrah, ia memutuskan untuk menghampiri Eli.

"Eli..."

"Huft...maaf, gue gak ada maksud bentak lo tadi.."

Cakra berusaha menarik selimut yang menutupi seluruh badan Eli, tapi Eli menahannya.

"Oke, gue salah. Gue minta maaf.."

Selimut yang membungkus tubuh Eli berhasil ditarik oleh Cakra, ia kemudian menarik Eli dan membawanya kedalam pelukannya.

"Maafin gue, jangan nangis lagi gue gak suka."

Eli mengangguk ia membalas pelukan Cakra, moodnya selalu berubah akhir-akhir ini entah mengapa, Eli yang notabenenya tidak pernah menangis sekarang jadi lebih sering menangisi hal-hal yang sepele.

"Temenin gue, gue pengen berada di pelukan lo terus Cak.. mau kan temenin gue?"

Gimana Nisa kalau gue gak pulang lagi?

"Cakra?"

Cakra menoleh ke arah Eli, ia melihat mata Eli yang berkaca-kaca. Cakra menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian ia menganggukkan kepalanya.

Maaf Nisa, gue harus temenin Eli lagi hari ini.

🌹🌹🌹🌹

Ting..tong...ting..tong...

Nisa bergegas membukakan pintu ketika bel berbunyi, ia sempat mengira bahwa Cakra yang datang tapi dugaannya salah.

"Malam sayang..."

"Malam ma, pa.. ayo masuk.."

Jeffry dan Siska mengangguk, ia mengikuti langkah kaki Nisa menuju ruang tamu.

"Dimana Cakra?"tanya Jeffry setelah mendudukkan dirinya di sofa.

Nisa terdiam karena dirinya sendiri juga tidak mengetahui keberadaan Cakra.

"Nisa? Denger papa kan?"

"Eh..i-iya pa!"

"Dimana Cakra?"

"Em.. Ku-kuliah pa.."

"Kuliah? Emang ada ya pa kuliah sampai jam delapan malam gini belum pulang?"sela Siska.

Jeffry mendesah, ia mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya untuk menghubungi Cakra tapi sayang ponsel Cakra tidak aktif.

"Gak aktif ma.."

Siska berdecak sebal. "Ck! Dimana lagi anak itu! Nisa, apa dia masih jarang pulang ke rumah setelah waktu itu?"

Nisa meremas jemarinya dengan kuat, apa yang harus dia katakan pada mama Siska? Haruskah dia berbohong?

"Nisa? Jawab mama!"

"Em...i-itu,, mungkin kak Cakra sibuk ma.."

"Jawab yang jujur nak, papa tau kamu berbohong."

Nisa menangguk, membuat kedua mertuanya mendesah frustasi. Jeffry berusaha untuk menghubungi Cakra kembali tapi ponsel Cakra tetap tidak aktif.

"Ikut mama, kamu tinggal di rumah mama aja."

Nisa mendongak menatap Siska, kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak ma, Nisa disini aja. Nanti kak Cakra nyariin Nisa."

"Nisa, kamu harus memberi dia pelajaran, kamu tinggal dirumah kami untuk sementara, dengan begitu kamu bisa melihat apakah Cakra akan mencari mu atau tidak."

"Benar kata mama, ayo! Siapkan peralatan kuliahmu sekalian untuk besok."

Nisa mengangguk.

Ada benarnya juga kata mama, maaf kak Cakra,, Nisa harus ikut mama dulu. Nisa juga ingin memastikan apakah kakak mencari Nisa atau tidak nanti.



🌹🌹🌹🌹

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTENYA GUYSS..

🌹🌹🌹🌹

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang