68. Keluarga Baru

70.3K 5.9K 1.2K
                                    

Waktu demi waktu, hari demi hari, hingga bulan demi bulan telah berganti, usia kandungan Nisa sudah memasuki usia sembilan bulan. Perut yang datar itu sekarang sudah mulai membesar, ia tak menyangka waktu berjalan secepat itu.

Dimasa kehamilannya Nisa sama sekali tak mengalami mual atau yang biasa orang sebut dengan Morning sickness. Hanya saja ia selalu ingin bertemu dengan Cakra, selalu memimpikan Cakra, bahkan ia juga diam-diam sering menangis sendiri walaupun itu bukanlah keinginannya.

Dalam mimpi itu Cakra menangis dihadapannya meminta tolong agar segera kembali padanya, dalam mimpinya juga Cakra meminta tolong pada Nisa untuk membantunya keluar dari sebuah masalah, entah masalah apa itu..

Sempat terlintas dari benaknya, apa bayinya menginginkan sentuhan sang ayah? Apa bayinya ingin mendengar suara sang ayah? Sampai rasanya ia ingin sekali melihat Cakra.

Entah benar atau tidak Nisa tetaplah Nisa, bisa dikatakan kalau ia sangat egois sekarang, ia selalu bersikap seolah ia baik-baik saja, bersikap seolah ia mampu untuk melakukan semuanya tanpa melibatkan Cakra. Ia juga mengatakan pada Johan tak perlu Cakra mengetahui kehamilannya, ia tetap akan merahasiakan anaknya nanti dari Cakra karena Nisa sangat takut jika Cakra akan merebut anaknya jika sampai ia tahu.

"Nis, ini susunya diminum dulu.."

Nisa mengangguk, ia mengambil segelas susu dari tangan Johan dan meneguknya sampai habis lalu memberikannya lagi pada Johan.

"Hebat ya Nis, anakmu anteng banget diperut kamu.."ucap Johan sembari mengusap perut Nisa dengan lembut.

Ia juga bisa melihat perubahan tubuh Nisa yang sedikit lebih gemuk daripada sebelumnya.

"Padahal dulu ibumu sering mual-mual, ngidam yang aneh-aneh sampai ayah pusing rasanya..."

"Hehe, Nisa juga gaktau yah kenapa gak ngerasain apapun.. baik banget anak ini gakmau nyusahin Nisa..."

Nisa memang tak merasakan apapun, ia tak tau jika Cakra lah yang merasakannya, Cakra yang selalu mual, Cakra yang merasakan apa yang harus dirasakan Nisa, hanya saja dari mereka tak tau jika penyebab dari kondisi Cakra adalah kehamilan Nisa.

Masih belum diketahui apakah Nisa akan terus-menerus menyembunyikan anaknya ataukah dari pihak Cakra sendiri yang akan mengetahuinya.

"Kalau kamu ngerasain yang aneh sama perut kamu bilang ke ayah ya.."

"Iya yah, lagian masih minggu depan lagi Nisa ngelahirinnya.."

"Jaga-jaga aja sayang... Ayah nanti sore mau nganterin katering, kamu dijaga sama bu siti nanti."

Nisa mengangguk patuh, begitulah pekerjaan sang ayah menjadi sopir dengan menggunakan mobilnya sendiri, ia memanfaatkan mobil yang ia punya untuk mencari uang. Nisa pun juga sama, ia turut membantu Johan dengan menjadi petani sampai umur kehamilannya mencapai delapan bulan, ia sudah dilarang keras oleh sang ayah.

Lalu bagaimana dengan Cakra selama sembilan bulan ini? Apakah semakin membaik atau memburuk?

Selama sembilan bulan ini bisa dikatakan keadaan Cakra masih tetap sama, hanya saja ia jarang sekali mengamuk, yang dilakukan Cakra hanyalah diam, ia terus diam melamun, benar-benar seperti mayat hidup, tak pernah memberikan respon ketika seseorang mengajaknya berbicara.

Makan pun tak pernah habis, ia selalu memuntahkan makanannya, miris sekali hidup Cakra, dia sangat kurus tak terawat lagi.

Setidaknya kedua orangtua Cakra sedikit lega ketika Cakra tak lagi menolak kehadirannya, terutama Siska. Ia tak henti-hentinya mengajak Cakra berbicara meskipun hanya terdengar kata Nisa yang selalu terlontar dari mulut Cakra.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang