"Gue udah bilang berkali-kali sama lo, cepat putusin hubungan lo sama Cakra, atau gue yang akan turun tangan sendiri Eli!"ucap Derry sembari merapikan pakaiannya setelah melakukan hubungan panas dengan Eli di apartemen Eli.
Eli menggelengkan kepalanya, menolak agar Derry tidak melakukan hal itu."Kasih gue waktu sekali lagi Der, gue janji bakal akhiri hubungan gue, gu-gue---"
"Berapa lama lagi?!" dicengkramnya kedua pipi Eli dengan kencang hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Le-pas.. sa-kit Derry..."
"Gue gak peduli! Secepat mungkin lo harus akhirnya hubungan sialan itu!!"
Derry melepaskan cengkraman itu, kemudian ia mengambil sebuah pil yang sudah dibelinya tadi di dalam tas nya.
"Minum! Buka mulut lo!"
"A-apa ini?"
Eli menahan tangan Derry yang berusaha memasukkan pil itu kedalam mulutnya. Karena merasa geram akhirnya Derry mencekram kembali pipi Eli dan memasukkan pil itu secara paksa, ia juga mengambil segelas air agar dapat membantu Eli menelan pil itu dengan mudah.
"Uhuk....uhuk...pil apa itu Der?"
"Hanya vitamin saja, setiap lo berhubungan sama gue lo harus minum pil itu."
Secepatnya, gue yakin secepatnya lo akan jadi milik gue, Eli...
Derry mendudukkan dirinya di kasur samping Eli, ia memainkan ujung rambut itu dengan menampikan senyum smirknya.
"Dua minggu, gue kasih waktu lo dua minggu."
Derry langsung pergi dari apartemen Eli begitu saja setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Arghhhhhh!!!" Eli menjerit, ia begitu frustasi menghadapi Derry.
Pyar!
Ia menghempaskan gelas yang berada di nakas, apapun akan ia lakukan untuk terlepas dari Derry.
Gue harus cari cara supaya gue terlepas dari pria sialan itu!!
Dengan segera Eli mengambil ponselnya untuk menghubungi Cakra, ia meminta Cakra untuk datang ke apartemen dengan alasan ia sedang sakit dan membutuhkan Cakra.
Sembari menunggu kedatangan Cakra, ia merapikan kamarnya yang begitu berantakan, membuang pecahan gelas kedalam tempat sampah setelah itu ia menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sepuluh menit kemudian ia telah menyelesaikan ritual mandinya, Eli beralih menatap dirinya di cermin, Derry lagi-lagi menciptakan luka lebam di lengannya.
Secepatnya, gue harus gunain Cakra supaya terlepas dari Derry!
Ting..tong..ting.. Tong...
Itu pasti Cakra.
Eli melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu, dan benar dugaannya jika Cakra lah yang datang. Ia langsung memeluk Cakra dengan erat.
"Sayang..."
"Kenapa pin nya di ganti lagi?"
Eli menguraikan pelukan itu, ia langsung menarik tangan Cakra dan mendudukkan nya di sofa, ia sengaja menghindari pertanyaan Cakra tadi.
"Gue kangen lo Cakra..."dipeluknya lagi tubuh Cakra.
Aneh! Kenapa tiba-tiba gue gak ngerasain apapun saat Eli peluk gue?
"Oh ya Eli, gue beliin dress buat lo."
"Serius?"
Cakra mengangguk, ia memberikan paper bag berisi dress itu pada Eli tentu saja Eli menerima nya dengan senang hati.
"Wah.. dress yang bagus. Gue coba dulu ya?"
Cakra membiarkan Eli mencoba dress yang ia belikan, ia mengamati setiap sudut kamar Eli, seperti ada yang berubah tapi Cakra tak mengerti apa yang berubah.
"Sayang.. lihat ini.."
Cakra menolehkan kepalanya kearah Eli.
Dress itu akan lebih cocok jika dipakai Nisa.
"Sayang.. gimana??" Eli melambaikan tangan nya di hadapan Cakra.
Seketika Cakra langsung tersadar dari lamunannya, kemudian ia mengacungkan jempol kepada Eli.
Sialan! Kenapa gue jadi kepikiran Nisa!
"Bukannya lo tadi bilang sakit?"
Seketika Eli membisu dengan pertanyaan Cakra, ia sempat kelupaan jika ia beralasan sakit agar Cakra segera menghampiri nya.
"Em..iya,, tapi sekarang udah mendingan karena kedatangan lo."
Cakra terkekeh, ia kemudian menepuk pahanya supaya Eli duduk di pangkuannya.
Ketika Cakra hendak mendarat bibirnya di bibir Eli, Eli langsung memundurkan kepalanya.
"Besok aja sayang, gue capek, gue pengen ngabisin waktu sama lo aja."
Cakra menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia menelisik wajah Eli dalam, tak biasanya Eli akan menolak Cakra.
"Oke gak masalah, tapi besok gue akan habisin lo!"
Eli terkekeh mendengar penuturan Cakra, ia kemudian mengalungkan tangannya di leher Cakra dengan kepala yang bersandar pada dada bidang Cakra. Eli hanyut dalam pikirannya sendiri, ia sibuk memikirkan bagaimana bisa terlepas dari Derry.
Telah lama Cakra menghabiskan waktu di apartemen Eli hingga ia tersadar waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, ia yakin jika Nisa sudah menunggunya dari tadi.
"Eli, gue pulang dulu ya.. besok gue kesini lagi oke?"
"Enggak! Lo gak boleh pulang Cakra, Lo harus temenin gue disini, please..."
Eli menggenggam tangan Cakra dengan kuat, ia masih sangat merindukan Cakra, akhir-akhir ini ia jarang bisa menghubungi Cakra karena Derry lagi-lagi mengurungnya saat itu.
"Ta--tapi gue harus pulang.."
"Enggak!"Eli berusaha mengeluarkan air matanya dan usahanya tak sia-sia sekarang.
Akhirnya Cakra mendesah pasrah ketika Eli meneteskan air matanya, ia memutuskan untuk menginap di apartemen milik Eli karena hampir seminggu ini mereka juga tak bertemu.
Maafin gue Nisa, maafin karena gue gak bisa pulang lagi hari ini, semoga lo gak nungguin gue dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...