Siska menepuk-nepuk pipinya mencoba untuk menyadarkan dirinya jika dilihatnya bukanlah mimpi semata, ini nyata. Wanita yang selalu ditunggu kehadirannya kini berada dihadapannya bersama cucunya, anak dari Cakra. Ia yakin tanpa melakukan tes DNA pun anak yang menggemaskan itu adalah cucunya, ia sangat terlihat mirip sekali dengan Cakra waktu kecil, bahkan jika dilihat sekarang pun juga sangat mirip.
Siska berusaha menahan isak tangisnya tapi gagal, suara itu didengar oleh Cakra, Cakra yang sedari tadi melamun kini mengalihkan matanya kearah Siska, ia mengernyitkan keningnya tangannya terulur untuk menepuk puncak kepala sang mama.
"Nangis? Kenapa? Cakra nakal?"tanya Cakra.
Perubahan dalam diri Cakra juga bagian dari diri Siska yang selalu berbicara dengannya, komunikasi adalah hal yang bisa bermanfaat untuk menurunkan tingkat stress yang dialaminya.
Siska menggeleng, ia mencoba untuk mengusap Airmatanya tapi tetap saja Airmata itu tak berhenti mengalir.
"Hiks..hikss... Ni--sa... Hiks.."
"Nisa? Ahhhh kangen Nisa? Haha.. Cakra juga, Cakra juga kangen Nisa tapi Cakra gak nangis kok. Lihat ini..."
Cakra menggerakkan tangannya untuk membuka lebar matanya yang sedikit sayu.
"Tuh.. gak nangis Cakra... hihihi.. Cakra pinter kan?"
Dibalik punggung Haris, Nisa mendengarkan itu.. ia menitikkan Airmatanya, Nisa langsung berlari keluar dari ruangan itu, ia tak sanggup melihat Cakra.. ia tak bisa.. hatinya jauh lebih sakit melihat Cakra yang seperti ini. Didalam hatinya Nisa terus bertanya-tanya apakah Cakra gila?
"Nisa..."
Haris menyadari Nisa yang keluar dari ruangan Cakra, ia menyusulnya bersama Nila yang terus mengarahkan matanya melihat Cakra yang aneh sampai pada Haris membawanya keluar dari ruangan itu.
"Nila.. duduk sini ya disamping ibu.."titah Haris.
Haris dan Nila ikut mendudukkan dirinya disamping Nisa yang menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, ia menangis tapi tak ingin anaknya melihat itu, ia tak mau anaknya juga menjadi anak yang mudah menangis seperti dirinya.
"Nisa... Inilah yang terjadi dengan Cakra setelah Kepergian lo.. tingkahnya mulai aneh setelah pulang dari rumah lo Nis.. dia nangis namun tiba-tiba dia bisa tertawa, dia bahkan berhalusinasi tentang lo. Bahkan yang lebih parahnya dia hampir saja membunuh dirinya sendiri tapi beruntung om Jeffry sama tante Siska mengetahui hal itu."
Haris mendesah, ia melirik Nila yang duduk diantara dia dan Nila yang kini tengah memeluk tubuh Nisa, mungkin ia tahu jika ibunya menangis.
"Kalau lo berfikir selama Kepergian lo Cakra bahagia, nemuin pengganti lo.. lo salah Nis! Cakra menderita, hukumannya seberat ini. Ia kehilangan dirinya sendiri, dia dinyatakan sebagai orang gangguan jiwa Setelah mengamuk di rumah Sakit. Maaf, gue sama tante Siska suruh orang untuk ngawasin rumah lo, dan gue bersyukur akhirnya lo kembali kerumah itu."
"Olang gangguan jiwa itu apa yah?"sela Nila
"Em... I--itu.."
"Ayah sakit Nila.."sahut Nisa.
"Cakit apa bu?"
Pertanyaan Nila membuat mereka terdiam, mereka takut jika Nila takmau bertemu ayahnya jika ia tahu ayahnya Gila.
"Nila... Ayah Nila sakit, jadi om Haris mau kamu bantu ayah yaa.. bantu sembuhin ayah ya.. mau kan Nila?"
"Tapi ila bukan doktel yah.."
Cup!
Haris mengecup pipi Nila, anak Cakra memang sangat menggemaskan tak seperti kedua orangtuanya yang selalu membuatnya pusing, karena saking sibuknya berada dalam lingkungan keluarga Cakra ia sendiri sampai tak kunjung menemukan jodohnya, sudah berkali-kali orangtuanya menghubungi Haris agar segera menikah dan memberikan cucu tapi Haris tak melakukannya, seolah pesona Haris sudah luntur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...