"Sa--kit.."Cakra merintih kesakitan dalam tidurnya.
Samar-samar Nisa mendengar suara Cakra, ia membuka perlahan kelopak matanya. Nisa langsung menghampiri Cakra, ia mengelap keringat yang mengucur di keningnya.
"Sa--kit.."
Nisa menempelkan telapak tangannya di kening Cakra, ia terkejut ketika kening itu terasa panas di tangannya.
Astaga dia demam.
Nisa langsung dengan segera turun ke dapur mengambil sebuah baskom kemudian mengisinya dengan air dingin, tak lupa ia juga mengambil handuk kecil yang berada di lemarinya.
Ia terburu-buru masuk ke dalam kamar Cakra, mengompres kening Cakra perlahan.
"Sa--kit.."
Mata Nisa berkaca-kaca, sungguh ia tak suka melihat Cakra yang kesakitan seperti ini. Ia tahu jika Cakra selalu kasar dengannya tapi jujur dari hati terdalam Nisa merasakan sesak jika harus melihat Cakra begini.
"Aku panasin bubur dulu, waktunya kakak untuk makan dan minum obat sekarang.."
Cakra tak bergeming, ia masih terus memejamkan matanya, semua badannya terasa nyeri sekarang.
Saat berada di tengah tangga, Nisa tergelincir karena terlalu terburu-buru hingga menyebabkan ia terjatuh dari tangga.
Brak!
"Aw...sakit..."
Meskipun merasa kesakitan, Nisa tetap langsung bangkit menuju dapur. Kesakitan nya tak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit yang dialami Cakra sekarang.
Setelah dirasa buburnya sudah panas, Nisa langsung menuangkan bubur itu di mangkuk dan membawanya ke kamar Cakra.
"Kak..ayo bangun, kakak harus makan dulu.."
Nisa mengambil handuk kecil yang menempel di kening Cakra kemudian menaruhnya di baskom.
Ia membantu Cakra untuk duduk, setelah itu ia menyuapkan sesendok bubur ke mulut Cakra.
"Uhuk..uhuk...u--dah"
Nisa langsung memberi segelas air untuk Cakra.
"Ayo kak makan lagi, buka mulutnya.."
Cakra menggeleng, ia terasa ingin mual ketika memakan bubur itu lagi, yang ingin ia lakukan hanyalah tidur saja.
"Kakak harus makan biar cepat sembuh, ayo buka mulut kakak.."
Pyar!
Cakra menghempaskan mangkuk berisi bubur itu dengan kasar hingga tak sengaja terjatuh ke lantai dan membuat Nisa terkejut.
Nisa menghembuskan nafasnya, menatap nanar bubur yang berserakan di lantai.
"Yaudah, kalau gitu aku bantu minum obatnya."
Nisa mengambil obat yang berada di nakas, ia memberikan obat itu pada Cakra dan tak lupa segelas air.
"Udah, bantu gue."
Nisa mengangguk, ia membantu merebahkan kembali tubuh Cakra, ia menarik selimut hingga sebatas pinggang Cakra.
Nisa pergi mengambil kain pel yang berada di kamar mandi lantai satu setelahnya ia kembali lagi ke kamar Cakra untuk membersihkan bubur yang berserakan itu.
"Di--ngin.."
Nisa segera menyelesaikan kegiatan ketika melihat Cakra yang menggigil kedinginan padahal AC dalam kamarnya sudah dimatikan.
Setelah mencuci tangannya, Nisa kembali menghampiri Cakra, ia mendudukkan dirinya disamping Cakra mengecek suhu tubuh Cakra yang ternyata masih panas seperti tadi.
"Di--ngin.."
Cakra tanpa sadar menarik tangan Nisa hingga Nisa terjatuh di sampingnya, kemudian ia memeluk erat pinggang Nisa.
Melihat itu, Nisa membenarkan posisinya, ia ikut merebahkan dirinya di samping Cakra, ia membawa Cakra ke dalam pelukannya.
Nisa menepuk-nepuk pelan lengan Cakra dan bersenandung pelan agar Cakra bisa merasa lebih tenang.
Ia menguap berkali-kali, ia berniat untuk melepaskan pelukannya, tapi sayang Cakra malah mempererat pelukan itu hingga akhirnya Nisa memutuskan untuk tidur saja bersama Cakra.
Tidurlah yang nyenyak suamiku, cepat sembuh. Aku sangat sedih melihatmu seperti ini.
Nisa mulai memejamkan matanya setelah mengecup sekilas puncak kepala Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...