Perasaan Nisa sangat bahagia ketika berhasil menemukan sepatu putih milik Cakra yang berada di bawah tumpukan sepatu lainnya.
Karena sepatu-sepatu Cakra sangat berantakan, akhirnya Nisa memutuskan untuk menyusun nya dengan rapi di rak sepatu milik Cakra.
Ia yakin, jika Cakra akan senang ketika Nisa berhasil memenuhi perintah nya. Dengan perasaan bahagia Nisa berencana untuk memasak sup ayam favorit Cakra.
Ia menyibukkan dirinya di dapur, mencuci sayuran, memotong daging ayam dan menyiapkan semuanya. Setelah menyelesaikan semua masakannya, Nisa menyusun di meja makan serapih mungkin.
Ia menunggu kedatangan Cakra di ruang keluarga sembari membaca majalah yang ada disana. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore tapi Cakra belum juga menunjukkan batang hidungnya.
"Biasanya kak Cakra pulang jam segini, kenapa belum datang juga? Apa pulang terlambat?"tanya Nisa pada dirinya sendiri.
Ia juga sudah mengecek jadwal Cakra, memang hari ini harusnya Cakra pulang sore.
Nisa dengan sabar menunggu Cakra, ia bahkan belum menyentuh makanan sekalipun, ia tetap setia menahan rasa laparnya demi menunggu Cakra.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi Cakra belum juga datang.
Ting..tong... Ting...tong...
Mendengar suara bel yang berbunyi, Nisa semangat empat lima nya dia berlari menuju pintu untuk membukanya.
Clek!
"Kak Ca----"
Senyuman yang mengembang dibibir Nisa luntur begitu saja ketika mengetahui jika bukan Cakra lah yang datang, melainkan supir pribadi mama Siska.
"Malam nak Nisa, ini ada titipan keperluan anda untuk kuliah minggu depan dari nyonya Siska."
Nisa mengambil nya, tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada sang supir, kemudian supir itu segera pamit dari hadapan Nisa.
Huft... ternyata bukan kak Cakra.. dimana dia? Apa dia baik-baik saja? Apa kakinya sakit lagi?
Nisa berjalan kearah kamar untuk menyembunyikan semua keperluannya yang di berikan oleh mama Siska. Setelah itu ia kembali menuju ruang tamu agar lebih dekat dari pintu.
Satu jam berlalu..
Dua jam berlalu...
Tiga jam berlalu...
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, selama itu Nisa menunggu Cakra hingga tak sadar ketika ia ketiduran di sofa.
Perlahan kelopak mata cantik itu terbuka, ia melirik sebuah jam yang tertempel di dinding, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Nisa melangkahkan kakinya, membuka pintu untuk duduk di teras depan sembari menghirup udara segar di malam hari.
Ia mendongakkan kepalanya, melihat begitu banyak bintang yang berkelip menghiasai langit.
Huft... Apa kak Cakra gak pulang? Lalu kemana dia? Kalaupun gak pulang biasanya dia ngomong. Kak Cakra.. semoga kamu baik-baik aja disana.
Sedangkan disisi lain, Cakra sedang membaringkan dirinya diatas ranjang bersama Eli, ia membawa Eli ke dalam pelukannya sembari menepuk pelan balik punggung wanita itu agar terlelap dalam tidurnya.
Cakra sengaja untuk tidak pulang hari ini karena baginya Kekasih nya, Eli jauh lebih penting dari pada rumah nya. Ia begitu sangat khawatir melihat kondisi Eli yang bisa dibilang sedang tak baik-baik saja.
Ia bahkan selalu menepis pikiran nya yang terkadang tertuju pada Nisa, ia seolah memblokir seluruh isi otaknya agar tak dipenuhi oleh Nisa.
"Tidurlah sayang, ada aku disini."bisik Cakra ditelinga Eli.
Ia mengecup puncak kepala Eli sebelum akhirnya ia ikut larut dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomantizmTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...