62. Keputusan Akhir

72.9K 5.5K 1.4K
                                    

Nisa

Luka fisiknya memang dapat terobati tetapi bagaimana dengan Luka batinnya?



Selama berhari-hari Jeffry mengurung Cakra dalam kamar, ia mengambil semua fasilitas yang diberikannya untuk Cakra, ia juga dengan tega menyita rumah mewah milik Cakra yang Cakra beli sendiri dari hasil kerja kerasnya.

Kekecewaannya pada Cakra sangat besar hingga ia harus melakukan ini semua untuk menghukum Cakra bahkan Siska sang istri tak diperbolehkan untuk membantu Cakra termasuk melihat Cakra dalam kamarnya.

"Pa buka pintunya hiks! Cakra harus keluar temuin Nisa pa,, sampai kapanpun Cakra gak akan pernah mau bercerai! Brak! Brak!"

Saat itu sekuat tenaga Cakra terus berteriak mendobrak pintu kamarnya dari dalam sana, Jeffry mendengar tapi takada Niat untuk membukakan pintu itu untuk Cakra.

"Sampai kapan? Sampai kapan kamu akan siksa anakku pa hiks!"

"Dia juga anakku! Biarkan dia merenungi semuanya kesalahannya! Kamu selalu saja memanjakan anak itu hingga lihat sekarang, karenamu anak kita menjadi berengs*k!"

"A-apa maksud mu pa? Semua ini karenaku?"

Jeffry pergi meninggalkan Siska begitu saja, seringkali mereka bertengkar karena Cakra, Siska tetap dengan keinginan untuk membantu Cakra tapi Jeffry tetap teguh untuk memberikan hukumannya pada Cakra.

Niat Cakra untuk memperjuangkan Nisa dihalang keras oleh Jeffry sebab menurut nya kedatangan Cakra dalam hidup Nisa akan membuat Nisa semakin terluka.

Hukuman itu terus berlanjut hingga pada akhirnya tepat dihari ini, Hari dimana sidang perceraian antara Cakra dan Nisa akan dilakukan.

Jefrry berusaha keras untuk memaksa Cakra untuk menghadapi persidangan nya, bahkan dengan cara kasarpun Jeffry lakukan hingga banyak waktu yang terbuang sia-sia.

Meskipun Cakra tak pernah menandatangani surat gugatan perceraian itu, persidangan akan tetap berjalan karena surat gugatan hanyalah media untuk memudahkan persidangan saja.

Satu jam lamanya sidang tertunda karena keluarga Cakra tak kunjung datang, Nisa sesekali menengok kebelakang menatap Johan seolah ia meminta Johan untuk memberikan kekuatan untuknya.

"Saudara Nisa, apakah saudara Cakra sebagai pihak tergugat berhalangan untuk menghadiri persidangan ini?"

Nisa terdiam, ia bingung harus mengatakan apa pada hakim didepannya. Hatinya benar-benar gelisah karena Cakra tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Em, ma-maaf yang mulia Hakim, tolong beri kami waktu sedikit lagi untuk menunggu kehadirannya.."

"Baik.. tiga puluh menit lagi, jika saudara Cakra tak kunjung datang maka kami terpaksa akan mengundurkan persidangan ini.."

Nisa mengangguk, ia menoleh kearah belakang menatap pintu yang masih tertutup rapat.

Tak terasa dua puluh menit lamanya ia menunggu akhirnya pintu itupun terbuka membuat Nisa segera menolehkan kepalanya kearah belakang, menatap kedatangan keluarga Cakra.

Cakra melangkahkan kakinya dengan lemah, ia terus menunduk, badannya terlihat sedikit lebih kurus dari sebelumnya, tatapannya terlihat sangat kosong.

Nisa mendesah setelah Cakra berhasil mendaratkan dirinya di kursi sebelah nya yang hanya berjarak beberapa langkah saja.

"Baiklah, karena pihak tergugat telah memasuki ruang persidangan maka sidang gugatan perceraian ini resmi kami mulai"

Tak! Tak! Tak!

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang