"Bangun Nisa...bangun..jangan tinggalin gue.."
"Bangun sayang, gue cinta sama lo, bangun... Jangan tinggalin gue, gue mohon.."
"Nisa bangun..."
"NISA!"teriak histeris Cakra.
"Hoshh...hoshh..."
Cakra terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tak beraturan, keringat tampak mengucur deras hingga membuat bajunya sedikit basah akibat keringat itu.
"Kamu kenapa sayang?! Jangan buat mama cemas, katakan apa yang terjadi?!"
Siska dibuat terkejut dengan Cakra yang selalu mengigau memanggil-manggil nama Nisa dalam tidurnya, ia sudah berusaha membangunkan Cakra tapi Cakra tetap tak kunjung membuka kelopak matanya.
"Ni-nisa ma, di---a, hiks!"
"Katakan ada apa? Ada apa dengan Nisa?!!"
"Di-a meninggalkan Cakra, di--a pergi, hiks.. Ni--sa pergi ma..."
Siska mengernyitkan keningnya, ia bisa melihat ketakutan dari mata Cakra, ia langsung mengarahkan kepala Cakra untuk menoleh kearah Nisa yang terbaring didepannya.
"Lihat?! Nisa ada, Nisa bernafas, Nisa gak mungkin meninggalkan kita sayang. Gak mungkin!"
Cakra sempat terdiam, ia langsung bangkit dari duduknya, tangannya dengan kasar mengguncang bahu Nisa.
"Bangun! Bangun Nisa, bangun! Kenapa lo gak bangun ha?! Lo mau hukum gue? Silahkan tapi jangan dengan cara seperti ini, lo boleh mukul gue, nampar gue, nendang gue seperti apa yang pernah gue lakuin sama lo, lo bangun gak, BANGUN!!"
Siska dengan kasar menarik tangan Cakra agar menjauh dari Nisa.
"Apa yang kamu lakukan, kamu akan menyakiti Nisa jika seperti itu! Tunggu ia pasti akan membuka matanya Cakra, dengarkan mama!"
Cakra menggeleng, ia berusaha melepaskan cengkraman mamanya untuk kembali membangunkan Nisa.
"Le-pas ma! Cakra harus bangunin Nisa, lepas! Dia gak akan bangun kalau bukan Cakra yang bangunin, dia harus bangun, mama lihat kan? Dia gak nurut sama Cakra, Cakra sudah menyuruhnya untuk bangun, tapi----"
"HENTIKAN CAKRA!"
"Hentikan sayang, kamu bisa menyakiti Nisa nanti... Sabarlah, Nisa pasti akan bangun.."
Cakra menggeleng, ia tak menyetujui ucapan mamanya, ia percaya jika Nisa akan bangun jika ia yang membangunkannya sendiri.
"Bohong! Kalian semua bohong! Kata dokter dia baik-baik saja, kata dokter Nisa akan segera sadar. Tapi lihat ma lihat! Sampai Sekarang Nisa belum membuka matanya..hiks... Kalian semua bohong.."
Cakra menjatuhkan dirinya di lantai, ia begitu tampak frustasi ketika Nisa tak kunjung membuka matanya, ia takut jika mimpi itu akan benar-benar terjadi.
Kenapa lo hukum gue dengan cara seperti ini Nisa? Kenapa? Gue tau gue salah, jangan hukum gue seperti ini..
"Ayo bangun, kamu lebih baik istirahat, biar mama yang menjaga Nisa."
"Gak ma, biar Cakra yang menjaga Nisa.. mama lebih baik istirahat saja."
Akhirnya Siska mengangguk pasrah, ia membantu Cakra untuk bangkit dan memapahnya menuju kursi disebelah ranjang Nisa.
Digenggamnya tangan Nisa, ia sempat mengulas senyum tipisnya melihat Nisa yang masih bernafas.
"Nisa, lo hebat bisa buat gue sampai seperti ini.. gue tau gue banyak salah sama lo, gue banyak nyakitin lo, gue sadar Nisa banyak kesalahan yang gak bisa lo maafin. Lo tau? Gue benar-benar cinta sama lo, gue gak bohong sama perasaan gue..."Cakra mendesah, ia menjeda ucapannya, mendongak keatas agar Airmata nya tak lagi menetes.
![](https://img.wattpad.com/cover/261847846-288-k497468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
Roman d'amourTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...