74. Tak Memaksa

75.9K 5.9K 846
                                    

"Nila yakin gakmau ikut ibu? Nila yakin mau ikut kakek aja ke desa?"

Nila mengangguk, pertemuan pertama dengan sang ayah membuatnya sangat takut sekarang, sakit yang diderita oleh sang ayah ternyata tak seperti orang lain. Ayahnya aneh! Itulah yang ada di benak Nila, bahkan sekarang Nila lebih memilih untuk ikut dengan Johan ke desa untuk mengambil pakaiannya dari pada ikut dengan Nisa untuk menjenguk Cakra.

"Ndak mau! Ayah aneh! Kalau ayah ndak aneh lagi ila baru mau ketemu ayah! ila mau'na ayah Cakal sepelti ayah Halis yang baik bukan sepelti itu."

Nisa mendesah, ia mencoba untuk mensejajarkan dirinya dengan tubuh Nila yang kecil, anak itu tampak melipatkan kedua tangannya dan menunduk, Nisa tau Nila sedih melihat keadaan ayahnya yang beda dengan orang lain, Nisa tau Nila belum bisa menerima keadaan Cakra yang sekarang.

"Nila... Jangan berbicara seperti itu, mau bagaimana kondisi ayah Cakra..dia tetap ayahnya Nila. Nila ingat? Nila sendiri kan yang pengen ketemu ayah?"

Nila mengangguk hingga rambut nya yang dikuncir dua ikut bergerak seirama dengan anggukannya.

"Tapi ayah aneh bu buat ila takut..."

Cup!

Dikecupnya kening Nila cukup lama.

"Nila doain ayah Cakra ya supaya cepat sembuh biar Nila gak takut lagi sama ayah, biar Nila bisa main sama ayah, dianter sekolah sama ayah nanti, doain ibu juga biar ibu bisa bantu ayah kamu supaya cepat sehat..."

"Ya bu.. ila akan doain ayah sama ibu bial kita bisa main baleng.. tolong bilangin ke ayah kalau ila minta maaf kalena ndak bisa temuin ayah dulu.."

Nisa mengusap pipi Nila dengan jemarinya, ia sangat bersyukur dianugerahi anak sepintar Nila, kehadiran Nila memang sangat berarti untuknya. Memang sakit dihatinya masih membekas tapi sekali lagi untuk saat ini ia tak ingin dianggap sebagai ibu yang egois tak mementingkan kebahagiaan sang anak, setelah kesembuhan Cakra nanti masih ada satu tugas untuknya yaitu mencari cara agar Nila bisa mengerti tentang mereka yang sudah berpisah dan tak bisa berkumpul lagi sesuai keinginan Nila.

"Nila ayo.. keburu siang sayang..."teriak Johan dari luar.

Nisa langsung mengatar anaknya menghampiri Johan, setelah berpamitan akhirnya Johan dan Nila segera pergi meninggalkan area rumah itu, mobil yang berjalan meninggalkan area rumah tak luput dari pandangan Nisa, ini kali pertama ia membiarkan Nila pergi tanpa dirinya, belum ada lima menit anak itu sudah membuat Nisa sangat rindu.

Nisa memesan taxi online untuk mengantarnya menuju rumah sakit jiwa dimana Cakra dirawat, tak lupa juga ia tadi sudah menyiapkan sup ayam kesukaan Cakra.

Hampir satu jam lamanya Nisa baru sampai didepan ruangan Cakra karena sedari tadi ia terjebak macet, Nisa mengulurkan tangannya untuk memegang ganggang pintu, setelah berusaha menetralkan rasa gugupnya ia mulai masuk kedalam ruangan.

Clek!

Nila berjalan menghampiri Cakra yang sedang terduduk dikursi roda, seperti nya baru saja ia keluar bersama Siska.

Siska menyadari kedatangan Nisa, ia menyambutnya tapi satu hal yang membuat hatinya mengganjal adalah dimana Nila, apa karena ketakutannya kemarin membuat anak itu tak mau ikut lagi dengan Nisa?

"Nisa... Kamu gak ajak Nila?"

Nisa menggeleng, ia melepaskan pelukan Siska dan menaruh sup buatannya di nakas samping kasur Cakra.

"Nila ikut ayah Johan ke desa ma ambil baju.."

Nisa mengalihkan matanya menatap Cakra yang sedari tadi juga menatapnya, sorot matanya tersirat banyak sekali ucapan yang tertahan dalam diri Cakra, Cakra masih diam dalam kursi rodanya, ia mulai menghirup bau sedap dari sup ayam buatan Nisa.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang