72. Usaha Haris

63.2K 5.9K 1.2K
                                    

Mendengar kabar mengenai kembalinya Nisa dirumahnya yang lama kemarin membuat pagi hari ini Haris memutuskan untuk menemui Nisa, bahkan ia rela melewatkan rapat pentingnya dengan Jeffry.

Mengapa Haris senekat itu? Karena ia juga merasa bersalah atas apa yang terjadi dengan Cakra dan Nisa, seandainya ia tak mengizinkan Eli datang mungkin mereka tak akan bercerai.

Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh karena takut Nisa akan pergi lagi, hari ini bisa tidak bisa ia harus berusaha untuk memberitahukan bagaimana kondisi Cakra selama empat tahun lebih setelah kepergiannya. Haris berharap Nisa mau mengulurkan tangannya untuk membantu Cakra.

Ciitt!

Haris memarkirkan mobilnya didepan rumah tetangga agar Nisa tak menyadari kedatangannya. Ia mendesah, menghembuskan nafasnya berkali-kali.

Ia berjalan, melangkahkan kakinya menuju rumah Nisa, ia mengintip sejenak dibalik pohon melihat Nisa yang sedang menyirami bunga. Ternyata benar, Nisa kembali dengan penampilan yang sedikit beda, Nisa tampak lebih dewasa dan sedikit gemuk.

Gue harus bisa.. gue gakboleh gugup. Yang gue temuin Nisa bukan guru BK.. huuhh... Semangat Haris!

Haris menyemangati dirinya sendiri, Setelah merapikan penampilannya, ia dengan segera menghampiri Nisa.

"Ekhem! Nisa..."

Nisa menoleh dan...

Brak!

Nisa menjatuhkannya gayungnya, ia terkejut dengan kedatangan lelaki itu, lelaki yang selalu bersama Cakra meskipun ia tak begitu mengenalnya. Ia hanya tau nama lelaki yang sekarang berada tak jauh darinya, dia Haris. Haris Putra Vierendra! Lelaki yang sekarang berusia dua puluh lima tahun.

Nisa melirik kesana kemari mencoba mencari adakah Cakra bersama lelaki itu. Tanpa basa-basi Nisa langsung berlari masuk kedalam rumahnya tapi dengan cepat Haris menggapai tangan Nisa.

"Lepas!"

"Gakada Cakra disini! Kenapa lo lari?"

"Lepas! Jangan sembarang sentuh orang!"perintah Nisa.

Haris menggelengkan kepalanya, ia menolak dengan tegas perintah Nisa. "Gakakan gue lepas sampai lo mau ngasih waktu gue buat ngomong!"

Nisa geram, ia terus meronta-ronta mencoba melepaskan genggaman Haris tapi semakin ia meronta semakin erat genggaman Haris di lengannya.

"Dah, segitu doang kemampuan lo?"

"Apa maumu hah?!"

"Gue mau ngomong Nis! Jangan keras kepala napa sih! Ini tentang Cakra! Lo harus tau keadaan nya selama empat tahun lebih ini setelah kepergian lo!"

Nisa terdiam, ia menatap benci Haris. Untuk apa kedatangan lelaki ini jika hanya untuk membicarakan Cakra yang membuat hatinya kembali sakit? Nisa yakin Cakra sudah bahagia tanpanya, sebab selama pernikahan itu ia hanya merasa jika ia adalah beban Cakra.

"Nis dengerin gue.. Cakra gi-------"

Ucapan Haris terjeda ketika telinganya mendengar suara anak kecil yang berteriak didalam rumah itu, Nisa pun ketakutan sekarang, apakah yang selama ini ia sembunyikan akan diketahui oleh Haris?

"Bu....bu... ila nemu cicak dikamal, lihat in--------"

Nila terdiam dibalik punggung Nisa ketika matanya membulat saat menangkap sosok lelaki yang memegang lengan sang ibu, apakah itu ayahnya? Itulah yang dipikirkan oleh Nila.

"Ayah?AYYYAAHHH....huaaaa .....hiks..hiks..."

Nila berlari setelah membuang cicak yang dipegangnya, ia berlari sembari berteriak menyebut nama Ayah pada Haris. Ia langsung memeluk lutut Haris dan menangis histeris dalam pelukan itu.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang