57. Kesempatan untuk Cakra

67.6K 4.6K 1K
                                    

"Serius yang ayah dengar tadi kalau kamu di coret dari daftar keluarga?"tanya Johan pada Cakra yang kini sedang berada di kamarnya.

"Emm..."Cakra tersenyum kikuk sembari mengusap tengkuknya yang tak gatal."Hehe, Cakra ngarang yah supaya Nisa mengizinkan Cakra tinggal disini."

"Kamu itu! Yaudah tidurlah disini, ada baju ayah dilemari kalau kamu mau pakai. Biar ayah yang tidur sama Nisa."

Cakra mengangguk paham, ia langsung merebahkan dirinya di kasur milik Johan menatap dinding kamar yang bernuansa serba putih beda dengan milik Nisa yang bewarna pink.

Gue harap, kita akan secepatnya kembali seperti dulu.. gue rindu tidur sambil meluk lo Nis..

Cakra memejamkan matanya tak lama kemudian ia benar-benar larut dalam tidurnya.

🌹🌹

Pagi harinya Nisa terbangun lebih pagi, ia berniat untuk menyiapkan sarapan tapi langkahnya sedikit  melambat tatkala telinganya mendengar suara berisik dari arah dapur.

"Siapa itu? Ayah masih tidur, apa itu kak Cakra?"gumam Nisa

Seketika matanya membulat dengan sempurna melihat kondisi dapur yang sangat berantakan, cangkang telur terlihat berceceran dilantai siapa lagi kalau bukan Cakra pelaku nya.

"Kamu ngapain? Matikan kompor nya!"titah Nisa

Cakra mengangguk, kemudian ia menuangkan telur buatannya yang bewarna hitam diatas piring yang telah ia siapkan.

"Pagi sayang, lihat ini telur spesial untuk istri gue tercinta.."

Cakra menyerahkan piring itu dihadapan Nisa dengan pedenya sembari mengulas senyum yang begitu lebar.

Nisa menggeleng tak percaya melihat telur gosong yang tak layak makan buatan Cakra, apa yang harus dilakukan Nisa? Menerima nya atau membuangnya dihadapan Cakra?

"Maaf Nis, ini pertama kalinya gue masak.. gue rasa telur ini sedikit bermasalah makanya sampai bewarna hitam.. lo gak suka ya?"dengan nada sedihnya Cakra mengucapkan itu.

Nisa merebut piring itu dengan kasar dan menaruhnya dimeja makan."Ini gosong! Bukan telurnya yang bermasalah!"

"Ohh..."Cakra hanya beroriah saja, ia tak paham mengenai itu.

Nisa melangkahkan kakinya untuk membuka kulkas, benar dugaannya semua telur yang ia beli ludes tak tersisa karena ulah Cakra.

"Kenapa kak Cakra ngabisin semua telurnya?!"

"Ma-maaf Nis, gue gak nyadar kalau telurnya akan sebanyak ini.. gue berniat buat bales budi sama lo dengan menyiapkan sarapan buat lo seperti lo buatin sarapan buat gue.."

Nisa berdecak sebal menatap tajam Cakra, hatinya sedikit tersentil ketika Cakra mengatakan balas budi kepadanya.

"Kakak pikir, Nisa melakukan semua itu ngga ikhlas sampai harus minta balas budi pada kakak?!"

Nisa geram, ia meninggalkan Cakra begitu saja yang masih terbengong menatapnya.

"Gue salah ngomong lagi? Astaga kenapa ini mulut seperti mulut Haris asal nyeplos mulu!"

Cakra frustasi, ia mengacak-acak rambutnya dengan kasar, tanpa basa-basi ia membersihkan segala kekacauan yang telah dibuatnya sendiri.

Dikamar.

Nisa menutup pintunya dengan keras hingga tak terasa membangunkan ayahnya.

"Ma-maaf yah.. Nisa gak sengaja.."Nisa menyengir memperlihatkan gigi rapihnya.

D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang