Seminggu sudah telah berlalu, Nisa benar-benar tak datang lagi ke rumah sakit setelah obrolannya dengan Jeffry, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan sang anak dirumah. Hatinya memang sangat sensitif jika berhubungan dengan Nila.
"Bu..... Gambal ila bagus ndak?"
"Gambar apa ini nak?"
Nisa bingung, gambar Nila tak begitu jelas.. maklum jika anak seusia Nila belum begitu mahir untuk menggambar.
"Ini gambal lumah bu.. di lumah ini nanti akan ada ibu, ayah Cakal sama ila dan....... Adek bayi hehehe.."
Deg!
Nisa kembali memperhatikan gambar Nila, matanya memanas ia sangat sedih. Apakah kedua orangtuanya bisa tinggal satu rumah seperti apa yang dipikirkan oleh Nila? Jawabannya adalah tidak! Untuk saat ini Nisa tak ada keinginan untuk rujuk dengan Cakra, ia lebih nyaman dengan status janda nya sekarang.
Menikah bukan hal yang penting lagi bagi Nisa, yang terpenting sekarang adalah mengurus Nila hingga tumbuh menjadi anak yang bisa membanggakannya.
"Ni--la, bolehkah ibu bertanya?"
Nila mengangguk, ia mendengarkan sang ibu sembari melanjutkan gambarnya. "Ya.. tentu!"
"Kalau ibu sama ayah gak bisa satu rumah kayak yang dipikirkan Nila, gimana?"
Tak!
Nila meletakkan pensil nya begitu saja diatas buku gambar ia sempat menatap ibunya datar agak lama lalu posisinya yang tengkurap kini langsung berubah menjadi duduk didepan sang ibu.
"Ayo bu ke lumah sakit jenguk ayah Cakal!"
Nisa mengernyitkan keningnya, ia bingung tiba-tiba saja Nila mengajaknya menemui Cakra, bukankah terakhir kali Nila bilang kalau ia takut dengan sang ayah.
"Pertanyaan ibu belum Nila jawab loh.."
"Peltanyaan apa? ila ndak dengal bu..."
"Ibu tadi tanya gimana kalau semisal ibu sama ayah gak bisa sat------"
"Ayo bu, ila ingin lihat ayah Cakal.. mungkin cekalang ayah ndak aneh lagi.. ayo bu... ila ingin lihat ayah ganteng...ayo..."
Nila berdiri, ia menarik-narik tangan Nisa supaya ikut berdiri dengannya. Nisa mendesah pasrah, ia melihat begitu antusiasnya Nila untuk menjenguk Cakra.
Mungkinkah Nila sengaja menghiraukan pertanyaan yang tak ingin ia dengar?
"Bu...gambal'na di bawa ya?"
Nisa mengangguk. Ia langsung mengambil ponselnya menghubungi Johan karena lelaki itu tak ada dirumah.Nisa tak mau jika Johan nanti kebingungan mencarinya lagi.
Setelah berpamitan dengan Johan, Nisa langsung memesan taxi online untuk mengantar mereka menuju rumah sakit.
Rumah Sakit
Nisa kewalahan mengikuti tarikan tangan Nila sebab anak itu terus berlari katanya biar lebih cepat sampai keruangan Cakra.
Clek!
"Ayah? Ayaaaaahhhhhhh...."
Nila berlari menghampiri Cakra yang sedang duduk diatas kasur setelah menyelesaikan makanannya.
"Gendong! Gendong yah!"
Cakra tersenyum melihat Nila, ia langsung membawa tubuh anak itu didalam pangkuanya.
"Anak cantik...."
Cup!
Cakra mengecup pipi Nila sekali setelah itu ia melihat kearah Nisa dan mengulas senyumnya lagi, ingin sekali ia memeluk Nisa tapi Nila sudah berada dipangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...