18. Emosi Cakra

75.6K 6.6K 120
                                    

Nisa sudah selesai menyiapkan sarapan untuk Cakra, ia dengan segera membersihkan dirinya agar tampak lebih segar.

Dua puluh menit kemudian Nisa telah menyelesaikan ritual mandinya, ia memperhatikan dirinya di depan cermin, tangannya terulur membuka laci meja dan mengambil salep untuk di oleskan di keningnya yang lebam akibat ulah Cakra.

Huft... sampai kapan terus seperti ini?

Nisa mengulas senyum mirisnya, ia merasa sangat kasihan dengan hidupnya yang seperti ini. Hidup hanya berada dilingkungan yang tak pernah di hargai sekalipun padahal dirinya sudah berusaha untuk mengurus Cakra dengan baik tanpa mengeluh sedikitpun.

"NISA!!"

Nisa mendesah frustasi ketika Cakra sepagi ini sudah berteriak memanggil namanya.

"NISA! AMBILIN GUE NASI!"

Nisa menghiraukan teriakan Cakra, matanya memerah berusaha menyembunyikan buliran Air matanya.

Apa kak Cakra lumpuh? Bahkan hal seperti itu aja harus minta tolong sama Nisa. Huh!sadar Nisa..sadar! Dia itu suamimu...

"NISA BEGO! LO TULI, HAH!!!"

"IYA!"sahut Nisa.

Nisa segera mempercepat langkahnya untuk menemui Cakra di meja makan, sesampainya disana ia menghiraukan tatapan tajam membunuh dari mata Cakra.

"Bisa gak sih lo gak usah bikin gue darah tinggi mulu, hah?!

Nisa diam.

"Lo tuh jadi istri harus tau kewajiban lo!"

Nisa diam.

"Berengs*k! Lo gak dengerin omongan gue ha!!!?"

Brak!

Cakra memukul meja makan itu dengan keras dan menghiraukan rasa nyeri di tangannya bahkan sangat terlihat jelas sekali warna kemerahan yang tercipta di kepalan tangan Cakra.

"A-ku dengerin kak..."

Mata Nisa mulai berkaca-kaca, ia mencekram piring yang dipegangnya dengan kuat hingga menampikkan kuku-kukunya yang memutih

Nisa ketakutan!

"Lo itu mulai kurang ajar ya sama gue?!"

Nisa menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kalau lo gak mau gue pukul ya lo harus nurut sama gue! Jangan bikin gue emosi mulu, ANJI*G!"

Pyar!

Cakra merebut piring digenggamnya Nisa lalu membanting piring begitu saja. Cakra marah! Emosinya meledak karena merasa Nisa yang terlihat seperti menyepelekan nya.

Dan akhirnya, buliran air mata itu lolos begitu saja karena ketakutan yang dirasakannya.

"MASUK KE KAMAR LO, MUAK GUE LIHAT LO YANG KERJAANNYA CUMA BISA NANGIS MULU!!"

"MASUK!!!"bentak Cakra lagi.

Nisa berlari masuk ke dalam kamarnya dengan air mata yang mengalir. Sakit sekali rasanya setiap hari harus mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari suaminya sendiri.

Keterlaluan! Aku benci di perlakuin seperti ini. Aku capek, hiks!

Nisa menangis lagi. Tiada hari tanpa tangisan ketika melihat perlakuan Cakra pada dirinya.

Tangisan seolah sudah menjadi kawan dalam kesehariannya.



D E O R A  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang