Nisa membantu Cakra meminum obatnya setelah menyelesaikan kegiatan mengisi perut, ia juga membantu Cakra untuk merebahkan kembali dirinya di kasur membiarkan Cakra untuk beristirahat.
"Mana ponsel Gue?"
"Aku gak tau kak, aku gak lihat sama sekali."
Shitt! Sepertinya ponsel gue jatuh di sana, gimana kalau Eli nyariin gue?
"Aku turun dulu kak, kalau butuh apa-apa kakak panggil aku aja.."
"Kalau gak manggil lo, gue manggil siapa? Bapak lo?"ketus Cakra.
Nisa mengulas senyum tipisnya, ia membawa mangkuk serta gelas yang kosong itu ke dapur untuk dicucinya tak lupa ia menutup pintu kamar Cakra terlebih dahulu.
Bahkan dalam keadaan sakit pun dia masih bisa marah-marah.
Setelah dirasa semua sudut rumah bersih tanpa noda, Nisa kembali melakukan kegiatan menyirami tanaman di halaman depan rumah Cakra.
Nisa bersenandung di sela menyirami bunganya, di balik diamnya tersimpan suara yang begitu merdu yang dapat membuat siapa saja yang mendengar menjadi terpesona.
Nisa mematikan keran air setelah selesai menyirami bunga, ia kemudian menatap bunga-bunga yang indah itu, sekilas pikirannya mengingat ketika masih berusia empat tahun ia, ayah dan ibunya suka sekali berkebun, Nisa mengingat ketika ia terjatuh saat berlarian kesana kemari, ayahnya dengan sigap membantu Nisa, meniup luka Nisa, menggendong Nisa, menenangkan Nisa ketika menangis.
Nisa tersenyum getir jika mengingat semua itu, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan mengobati Nisa.
Nisa menghapus sedikit air mata yang berada di sudut kelopaknya. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, ia lega karena semua pekerjaan rumah sudah ia selesaikan dengan baik.
"NISA!!"teriak Cakra yang begitu nyaring terdengar di telinga Nisa.
Nisa berlari menuju kamar Cakra, ia khawatir terjadi sesuatu dengannya.
Clek!
"Lo benar-benar suka bikin gue emosi ya?!!"
"Ma--maaf kak.."
"Gue udah teriak-teriak manggil lo berkali-kali, NISA!!"Cakra mulai meninggikan suaranya.
"Aku tadi menyirami bunga di halaman depan kak, maaf."
Cakra memijat pelan pelipisnya, kepalanya sangat sakit ketika berteriak tadi.
"Ambilin gue pajamas baru di lemari!"titah Cakra
Nisa menganggukkan kepalanya, ia menuju lemari Cakra untuk mengambil pajamas yang diminta olehnya.
"Kak, ini pajamas nya."
"Bantu gue."
Nisa dengan sigap membantu Cakra untuk duduk dari tidurnya dengan perlahan.
"Aw.."Cakra merasakan nyeri di kepalanya ketika terlalu lama menunduk untuk membukakan kancingnya.
"Em sini biar aku bantu.."
Melihat Cakra yang kesakitan, Nisa langsung menghampirinya, membukakan kancing baju untuk Cakra, dengan telaten ia menggantikan baju Cakra dengan pajamas yang ia siapkan tadi.
Cakra membiarkan Nisa melakukannya, ia terus memperhatikan wajah Nisa dari dekat.
Cantik!
Sedetik kemudian Cakra tersadar dengan apa yang baru saja dipikirkan nya tentang Nisa, ia berusaha menepis pikiran seperti itu.
"Udah kak, ayo aku bantu kakak buat berbaring lagi.."
Cakra mengangguk, Nisa sangat telaten sekali mengurusnya.
"Ada lagi yang bisa aky bantu?"
"Gak, lo tunggu di sini aja, Di sofa itu! Kepala gue sakit kalau harus teriak-teriak lagi."
Setelah memberikan perintahnya pada Nisa, Cakra mulai memejamkan matanya, mencoba tidur sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri di kepalanya.
Nisa terus memperhatikan Cakra, ia mendudukkan dirinya di sofa sesuai perintah Cakra.
Huhhh... kasihan juga lihat dia kesakitan seperti itu... Semoga lekas sembuh kak..
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomansaTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...