Hari menjelang malam, langit pun mulai menggelap. Cakra baru saja menapakkan kakinya di kamar setelah mengunci semua pintu rumahnya dengan rapat. Malam ini juga menjadi malam yang menebarkan baginya tidur sekamar dengan wanita selain Eli yaitu Nisa.
Ia sempat mengulur waktunya untuk kembali ke kamar, menetralkan detak jantung yang berdetak begitu kencang. Setelah waktu menunjukkan pukul sembilan malam baru ia memutuskan untuk memasuki kamarnya.
Cakra mengernyitkan keningnya ketika matanya tak melihat Nisa berada di kasur melainkan malah tertidur di sofa yang berada di kamar dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh nya dan hanya menyisakan kepala saja.
Kenapa dia malah tidur di situ!
Ia menghampiri Nisa, mensejajarkan dirinya untuk menatap Nisa. Tangannya terulur untuk membelai wajah itu. Cakra menurunkan sedikit selimut Nisa untuk menggapai tangannya.
Diusapnya dengan lembut tangan Nisa dengan jemarinya hingga tanpa sadar Cakra mengecup tangan itu begitu lama sembari memejamkan matanya dengan tangan satu lagi memegang dadanya sendiri merasakan detak jantung yang begitu kencang seperti orang yang telah melakukan lari maraton.
Gue gak bisa cegah detak jantung ini, gue gak bisa nahan, gue harus mastiin sekali lagi, gue harus mastiin hati gue untuk siapa, gue harus mastiin pilihan gue.
Cakra mengangkat tubuh Nisa untuk dipindahkan ke kasur, setelah berhasil direbahkan nya tubuh Nisa ia kembali memperbaiki selimut nya hingga ke atas pinggang. Cakra mendekatkan dirinya membawa Nisa kedalam pelukannya, lagi! Tangannya kembali membelai wajah cantik itu.
Apa gue salah kalau gue ingin memiliki keduanya? Apa Eli akan terima kalau gue berstatus suami Nisa? Dan Nisa... Apa dia juga akan terima status gue sebagai kekasih Eli? Boleh gue egois saat ini untuk tidak melepaskan keduanya? Sialan! Ucapan mama benar-benar bikin gue gak tenang!
Cakra semakin larut dalam pikiran nya, ia belum bisa tegas pada hatinya, ia selalu berusaha menepis yang ia rasakan pada Nisa. Jemarinya terus mengusap pipi Nisa ia mengecup pipi itu dan memutuskan untuk ikut tertidur tanpa mengubah posisinya.
****
Kring.... Kring...
Alarm di kamar Cakra berbunyi hingga mengusik tidur Nisa, ia perlahan membuka kelopak matanya, malam ini ia sangat kelelahan hingga membuatnya tertidur lebih awal dari biasanya.
Nisa menguap, ia menoleh kepalanya ke samping. Matanya membulat ketika melihat wajah Cakra yang begitu dekat dengan wajahnya. Ia juga langsung melirik tangan Cakra yang melingkar di atas perutnya.
Bukannya aku tidur di sofa tadi malam? Kak Cakra pindahin aku?
Nisa kembali menolehkan kepalanya menghadap Cakra, ia memperhatikan wajah Cakra yang begitu damai dalam tidurnya, Nisa memberanikan diri mengulur kan tangannya untuk membelai hidung mancung Cakra, Nisa mengulas senyumannya tapi sedetik kemudian senyumnya pudar ketika Cakra membuka matanya dan menangkap tangan Nisa yang berada di hidungnya.
"Lo terkesima sama ketampanan gue, hem?"
Nisa mengerjapkan kedua matanya ketika Cakra begitu saja mengecup punggung tangannya.
"Em.. aku harus segera ke dapur untuk siapin sarapan kakak."
Nisa beranjak dari kasur kemudian ia segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, mengingat hari ini juga merupakan hari dimana ia akan memulai awal perkuliahannya (anggap saja tidak ada MOS). Ia sudah menyusun jadwal nya sesuai dengan jadwal Cakra, ia akan pergi ketika Cakra pergi dan akan pulang sebelum Cakra pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...