Seperti biasa, Nisa akan bangun pagi sekali untuk menyiapkan sarapan dengan menu udang asam manis.
"Gue mau makan!"
Nisa hanya menganggukkan kepalanya, ia sempat melirik leher Cakra yang masih terdapat jejak kemerahan meskipun sudah mulai pudar, Nisa langsung berpindah ke dapur tanpa menoleh sedikit pun ke Cakra.
Kenapa dia? Ah masa bodoh lah, gue juga gak peduli.Batin Cakra
Cakra terus menyuapkan sendok yang terisi nasi dan lauk kedalam mulutnya, sesekali ia melirik kearah Nisa yang entah melakukan apa di dapur.
"Beresin piringnya Nisa, gue udah selesai."titah Cakra.
Lagi-lagi Nisa tak mengucapkan sepatah kata untuk Cakra, ia langsung membersihkan piring Cakra dan mencucinya.
Sial! Berani sekali dia diemin gue!
Karena dipenuhi oleh rasa kesal, akhirnya Cakra menghampiri Nisa, ia memegang pundak Nisa dan membaliknya agar menghadap kearahnya.
"Eh..." Tentu saja yang dilakukan Cakra sukses membuat Nisa terkejut.
"Ma-af, ada yang bisa sa-ya bantu?"
"Saya?" Cakra mengernyitkan keningnya, sejak kapan Nisa berbicara formal seperti ini padanya?
Nisa hanya diam saja, ia tak ada niat untuk berdebat dengan Cakra, di dalam hatinya ia ingin agar Cakra segera mungkin berangkat ke kampusnya apalagi tepat hari ini Nisa akan mengikuti test di kampus yang sama dengan Cakra tapi dengan jurusan yang berbeda.
"Gue mau kuliah. Kalau lo mau makan, makan aja! Lauk masih banyak di meja."
Nisa mengangguk, ia melirik tangan Cakra yang masih setia berada di pundak nya.
"Kenapa?! Lo gak suka gue pegang-pegang?!"ketus Cakra
Nisa langsung menggelengkan kepalanya.
Aduh, kenapa kak Cakra lama banget? aku takut terlambat..
"Ck! Gue sumpahin lo bisu beneran!"
Cakra langsung meninggalkan Nisa dengan rasa kesalnya.
Nisa menghembuskan nafasnya, setelah itu ia langsung mengambil ponsel didalam kamarnya, ia menghubungi Siksa, ibu mertuanya.
"Ma, kak Cakra udah berangkat.."
"Iya nak, Mama udah nyampe di gang komplek ini.."
"Iya ma, Nisa tunggu.."
****
Berkali-kali Nisa menghembuskan nafasnya, ia sangat gugup sekali, ia takut bertemu dengan Cakra.
"Tenang sayang, kampus untuk anak ekonomi sedikit jauh dari kampus kedokteranmu.." Siska mencoba untuk menenangkan Nisa.
"Huft...doain Nisa ya ma supaya Nisa mampu mengerjakan testnya dengan lancar.."
"Selalu sayang, mama akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.. sini peluk dulu.."
Mereka saling berpelukan, Siska meninggalkan sebuah kecupan di kening Nisa dan mempersilahkan Nisa untuk segera masuk ke dalam ruangan yang telah terisi oleh banyaknya calon mahasiswa baru.
Nisa mendudukkan dirinya di bangku paling belakang sesuai dengan nomor pendaftaran nya, ia mengamati satu-persatu pendaftar yang ada di ruangan itu.
Nisa mulai mengerjakan semua soal dengan cermat, ia merupakan salah satu siswi yang terpintar di sekolahnya, meskipun sempat menemukan beberapa soal yang sulit tapi ia dapat menyelesaikannya degan baik secara tepat waktu.
Dan perlu diketahui bahwa Nisa selama ini selalu diam-diam menyempatkan dirinya untuk belajar dari buku-buku yang diberikan oleh mama Siska dan menyembunyikan di bawah kolong kasur.
"Ma..."
Siska langsung bangkit dari duduknya. "Gimana sayang? Lancar?"
Nisa menganggukkan kepalanya, ia memeluk Siska. "Terima kasih ya ma, ini semua berkat mama."
****
Sebagian kalimat sudah dihapus/diubah.****
Sekedar informasi kalau Deora akan segera di terbitkan. Jadi kalian yang tertarik untuk peluk novel si Cakra untuk stay di lapak ini ya.Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...