Tok...tok...tok...
"Nis, gue boleh masuk gak?"
Nisa menghela nafasnya mendengar suara ketukan pintu, sejenak ia memejamkan matanya agar hatinya bisa kembali tenang.
"Masuklah.."
Cakra membuka pintu itu dan kembali menutupnya setelah mendapatkan izin dari Nisa untuk masuk menemuinya.
"Nisa... Gu-gue mau ngomong masalah tadi..."
Cakra memberanikan dirinya untuk duduk disebelah Nisa.
"Nis.. perihal tadi lo--lo boleh tarik ucapan lo.. gue gak masalah sama ucapan Nila, gu--gue aja yang terlalu masukin ke hati Nis, udah cukup lo nanggung banyaknya rasa sakit dari gue untuk saat ini jangan lagi Nis.. Gu--gue akan coba ngomong sama Nila. Kita gak harus rujuk Nis, jadi gue mohon jangan ambil keputusan yang akan nyakitin diri lo sendiri.."
"Dimana Nila?"tanya Nisa tanpa melihat Cakra.
"Dia di kamar ayah Johan Nis..."
Nisa diam, ia tak tau harus memulai pembicaraan dari mana, tak ada yang ingin ia bicarakan, entahlah kenapa dia bisa mengambil keputusan secepat itu padahal didalam dirinya masih tersimpan rasa trauma untuk memulai kembali hubungan rumah tangga apalagi dengan orang yang sama.
"Nis.. maaf karena kehadiran gue yang bikin Nila jadi sering nangis, maaf Nis harusnya gue gak hadir lagi dalam hidup lo, harus----"
"Diamlah, jangan selalu mengungkit apapun yang sudah terjadi, mau sampai kapan membicarakan hal itu terus? Bukankah kita sudah sepakat untuk saling memaafkan? Lagian kamu dan aku sudah mendapatkan balasannya sendiri.."
"Bukan gitu Nis, melihat dari semua yang udah terjadi bikin gue semakin ngerasa gak pantes jadi ayahnya Nila."
"Lalu menurut mu siapa yang pantas jadi ayahnya? Apa kamu sanggup lihat Nila bahagia dengan orang lain dan melupakan kamu sebagi ayahnya? Bukankah jauh lebih baik jika aku kembali denganmu dari pada memulai hubungan dengan lelaki lain?"
Deg!
Cakra menunduk, ia merasa bersalah lagi sekarang. Bohong jika Cakra tak merasa sakit hati jika apa yang diucapkan Nisa benar terjadi, melihat kedekatan anaknya dengan Haris saja membuatnya hampir menyerah apalagi jika hal itu benar-benar terjadi.
"Gu--gue.. gu--e gak mau, gue masih ci-nta sama lo, tapi sekarang gue gakmau maksain apapun yang akan buat lo sakit hati lagi Nis.. gue mau lo bahagia.."
"Kebahagiaan Nila adalah kebahagiaan Nisa kak, apapun akan Nisa lakukan termasuk kembali dengan ayah Nila.."
Tes!
Airmata Cakra kembali menetes, wanita ini.. wanita yang selalu disakitinya, wanita yang selalu ia tendang, ia tampar, ia caci maki, benar-benar wanita yang sangat baik, wanita itu rela melahirkan anaknya, membesarkan anaknya, bahkan masih memikirkan kebahagiaan anaknya.
Cakra menangis, ia berlutut didepan Nisa, ia menggapai tangan Nisa dan menenggelamkan wajahnya dipergelangan tangan Nisa.
"Kenapa? Kenapa lo baik banget sama gue hiks... Kenapa Nis gue baru sadar gimana berharganya lo, kenapa baru sekarang gue bisa lihat gimana tulusnya lo, gimana bersihnya hati lo.. empat tahun kita berpisah tapi lo gak pernah ada niatan untuk cari pengganti gue... Hiks...hiks... Gue malu Nis, gue malu sama semua yang uda gue lakuin...hiks..."
Nisa menunduk melihat tubuh Cakra yang bergetar, sungguh ia tak tahan, kenapa pertemuan mereka selalu dihiasi dengan Airmata? Bisakah untuk tak lagi meneteskan air mata? Bisakah mereka bahagia sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
D E O R A
RomanceTIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!! Deora, berasal dari bahasa Irlandia yang berati Air Mata. Sebuah perjodohan yang menguras begitu banyak Air Mata bagi Khanisa Aquilla. Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berhasil?? - Khanisa Aquilla (Nisa...