39. Pulang ke rumah

678 120 0
                                    

Mobil taxi berhenti di depan rumah bertingkat dua dengan pintu utama dan gerbang menjulang tinggi yang tertutup rapat.

Rassya keluar dari mobil tersebut membawa tas besar di tangannya dan tas gendong yang melekat di punggungnya. Uang gocek ia keluarkan dari kantong jaket lalu menyerahkannya kepada bapak supir.

"Makasi ya pak"

Mobil taxi berlalu begitu saja meninggalkan Rassya yang sudah sampai di tujuannya.

Rassya membalikkan badannya dan melihat basecamp yang sudah ia tinggal 3 hari 2 malam. Terlihat seperti semula, tak ada yang berubah. Hanya saja halamannya penuh dengan dedaunan kering dan sedikit sampah plastik.

Pintu gerbang yang tertutup kini terbuka karena dirinya membuka gerbang tersebut.

Pemandangan yang tersuguh kan ketika ia masuk ke halaman rumah adalah motor miliknya yang terparkir disana. Sangat kotor dan penuh debu.

"Gw perbaiki aja kali yak?"

Keputusannya sudah bulat, ia akan memperbaiki motor miliknya itu. Motor merah yang menjadi tanda bahwa dia adalah Ketua suatu Gengster. Sore nanti akan ia perbaiki agar bisa mengendarai dengan bebas.

Rassya kembali melangkah guna merehatkan diri akibat kelamaan di bus. Namun ketika ingin mengambil langkah ke 3, kaki Rassya menginjak sesuatu yang tertimbun dedaunan kering. Dengan penuh rasa penasaran, Rassya mengambil apa yang tengah tertimbun dedaunan kering itu.

Dilihat dari bungkusnya, Rassya tebak ini adalah paket yang didalamnya berisi barang yang kecil namun panjang.

Rassya membolak balikkan paketnya itu guna mencari siapa pengirimnya. Di pojok kanan atas dapat ia lihat bahwa pengirimnya itu berasal dari Belgia, Eropa.

Kini ia berpikir, bahwa dirinya baru tau kalau jarak yang jauh masih bisa mengirimkan paket seperti ini.

Tas besar yang ia bawa terjatuh karena Rassya ingin membuka paket tersebut. Paket itu dikirimkan oleh Samuel yang berada di Belgia, Eropa.

Saat paket dibuka, rupanya terdapat amplop yang lumayan tebal di dalamnya.

"Papa? Ngirim ginian? Ga salah apa" ujar Rassya dengan tawa yang ringan.

Amplop yang berisi uang senilai kurang lebih 10 juta itu kini berada di genggaman Rassya. Entah apa yang direncakan Samuel, Rassya tak tau, intinya Rassya heran karena Samuel dengan tiba tiba memberikan uang sebanyak ini.

Menelaah kembali, Rassya menemukan selembar kertas di dalam amplop itu. Feeling mengatakan itu adalah semacam surat, Rassya langsung mengambil kertas itu dan membacanya dengan perlahan.

"Papa gamau kamu meninggal nyusul mama mu itu, jadi papa ngasi uang ini supaya kamu bertahan hidup 1 tahun, atau bisa 1 setengah tahun. Jangan pernah minta minta lagi, karena papa akan kirimkan uang setiap 1 tahun sekali. Tapi jangan berpikir kalau uang sekolah kamu masih papa bayar"

Rassya tertawa dengan perlahan membaca isi surat tersebut. Dia pikir kalau tanpa uang, Rassya akan meninggal?

"Masih peduli anak lo?"

Rassya kembali menaruh uang itu ke dalam amplopnya beserta dengan surat yang ditulis ayahnya sendiri. Tas yang tergeletak di tanah kembali ia ambil dan melangkah ke dalam rumah karena punggung sudah rindu dengan kasur.

Kebanyakan orang pasti akan memikirkan kasur sehabis pulang dari suatu tempat, apalagi tempat itu jauh dan mengharuskan tidur di tempat yang sembarangan. Hal seperti ini lah yang Rassya rasakan sekarang, ingin cepat cepat ke kasurnya agar bisa membaringkan diri dan merehatkan badan nan hati yang remuk.

She Give Me Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang