"Zaenab, astagfirullah, teriak-teriak kenapa, sih?"Bunda Aya yang mendengar teriakkan Zaenab langsung buru-buru ke depan rumah. Di badannya masih terpasang apron dan langsung berkacak pinggang menatap sang buah hati.
"Bundaaa! Ada yang mau ngelamar, Zaeee, loh! Tuh liet orangnyaa!" Tunjuk Zaenab pada Yovan yang masih menatap gadis ajaib itu dengan raut takut dan bingung tentu saja.
Bunda Aya langsung mengarahkan pandangan pada sosok yang masih terduduk di atas koper. Sosok cowok tampan dengan tampilan rapi dan pastinya bersih. Wanita paruh baya itu seolah tersihir oleh paras tampan milik Yovan. Akan tetapi, detik berikutnya, Bunda Aya langsung teringat ucapan sang suami tadi pagi, bahwa ada seseorang yang akan bertandang ke rumah mereka sore ini.
"Ini tamunya suami saya? Dari Prasetyo?"
Yovan, yang sedari tadi mulutnya mangap-mangap seperti ikan, langsung tersadar seketika dan menatap Bunda Aya yang keelokan rupanya pun seolah tak tergerus oleh usia. Cowok itu langsung berdiri dan berusaha tersenyum manis pada Bunda Aya.
"I-iya, Bu. Saya Yovan. Saya ke sini dapet alamat dari Om Pras," ucap Yovan memperkenalkan diri, tetapi tetap awas dengan cewek di sebelahnya, selayaknya waspada dari bahaya.
"Oh bener, kan, kamu orangnya. Ya udah, yuk, masuk aja. Zae! Jangan aneh-aneh, ini tamunya Bapak lo!"
Gaya bahasa dan tutur kata Bunda Aya melembut saat bicara pada Yovan. Meski kalimat berikutnya nadanya berubah, saat menatap lekat anak perawannya, Zaenab.
Gue nggak ngimpi ini? Kenapa jadi ke rumah cewek gila ini? Kalo gini ceritanya mah gue mau pulang aja ke rumah Om Pras lah! gerutu Yovan dalam hatinya
Bunda Aya langsung masuk ke rumah terlebih dahulu, sedang Yovan kembali berbalik berniat mengambil kopernya. Dia mendengkus sejenak, kala melirik Zaenab yang juga terus menatapnya sambil memperlihatkan gigi-gigi putihnya sedari tadi. Binar matanya begitu antusias, binar yang sama jika dirinya tengah menatap permen kapas.
"Minggir! Ngapa sih lu diem di situ, kesurupan?"
Lagi dan lagi, Zaenab membuat ulah. Seolah Yovan adalah anak baru, cewek itu justru melangkah maju dan kembali membuat Yovan mundur hingga jatuh ke tanah.
"Apa sih?! Minggir nggak lo, gue tampol ya!"
"Heh, jangan kasar-kasar dong. Ntar gue tampol balik nangis lagi!" peringat Zaenab.
Cowok itu sontak menelan salivanya, merasa gentar dengan reaksi cewek di depannya yang sama sekali tidak takut dengan ancaman darinya. Andai saja Yovan tahu, jika Zaenab itu sering gelut dengan kambing qurban tiap Idul Adha, ditampol olehnya jelas tak ada apa-apanya dibanding diseruduk kambing.
Gantian, sekarang Zaenab yang duduk di atas koper Yovan, tepat di atas cowok yang belum bergerak sama sekali.
"Lo harus ikutin ritual selamat datang dari gue," ucap Zaenab yang tengah bersedekap sambil merendahkan tubuhnya di hadapan Yovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...