28, Ada yang patah, sebelum tumbuh.

504 80 5
                                    

"Emangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Emangnya ... kenapa sih, Zae? Gue harus tau apa?"

Akhirnya, suara Yovan membuyarkan keheningan yang tercipta setelah kalimat dari Tantan terucap. Namun, raut wajah tegang justru menyelimuti sosok Zaenab. Benar ... semuanya sudah berubah.

Cewek berkucir kuda itu tidak seperti biasanya yang tingkahnya aneh dan berisik. Kini, Zaenab justru bingung mendapati tatapan Tantan dan Yovan secara bersamaan.

Tapi, alih-alih menjelaskan semuanya, secara mengejutkan ... Zaenab malah memegang pergelangan tangan Tantan, menyabet tasnya dan beranjak pergi, meninggalkan Yovan. Zaenab tidak tahu lagi harus bagaimana, karena ia tidak mau jika kedua orang itu bersitegang lagi seperti yang sudah-sudah.

Namun, kepergian Zaenab yang seakan memotong seluruh penjelasan membuat Yovan mematung. Embusan angin yang menyapa kulit masih tidak mampu menyadarkan akal logika cowok itu. Tatapannya masih tertuju pada Zaenab dan Tantan yang berangsur menghilang dalam jangkauan matanya.

Ada rasa sesak muncul. Jika kemarin-kemarin, Zaenab memihak padanya, mengapa saat ini justru berakhir pada Tantan? Apa semua yang ia duga selama ini adalah ilusi semata? Apa rasa yang dia rasa ini ... bertepuk sebelah tangan?

"Kok sakit, ya," gumam Yovan yang spontan memegang dadanya.

Rasa penasaran akan sikap Zaenab membuat cowok itu berpikir cukup keras. Ia terduduk di kursi dan melamun sejenak.

Sikap cewek itu, semua celotehan bahkan kedekatan mereka berdua selama ini seolah lenyap seketika. Memang benar ia belum berhak tau apa pun sampai ke akarnya tentang Zaenab, tetapi bukankah rasa mengganjal dalam hati bisa membentuk sebuah fakta? Fakta yang bisa membahagiakan atau bahkan menyakitkan.

Apa yang dirahasikan Zaenab darinya?

Yovan memijit pangkal hidung sebab kepalanya sedikit memberat, tetapi pertanyaan itu masih saja terputar manis dalam pikiran. Satu jawaban yang menjadi kesimpulan pribadi, tetapi cukup sesak jika semua memang benar adanya. Ke mana ia harus mencari tahu jawaban guna meyakinkan?

"Mawar sama Jamilah! Ah, iya, gue harus nanya mereka. Mereka pasti tau jawabannya ...."

Cowok itu langsung menyabet tas di atas meja dan beranjak menemui Mawar dan Jamilah. Beruntung, ia sempat mendengar di mana ruangan dua cewek itu tengah menempuh waktu kuliah tambahan.

***

Di depan sebuah ruang kelas lantai empat, Yovan menunggu. Sudah satu jam berlalu, tapi cowok itu masih setia duduk di sebuah bangku plastik yang ada di depan kelas. Tujuannya sederhana, ia hanya ingin tahu jawabannya, hari ini juga.

Beberapa kali melirik jam pada arloji, sesekali memainkan ponsel guna mengecek notifikasi, hingga lima belas menit berlalu pintu ruangan itu terbuka. Yovan turut berdiri menatap lurus ke kelas itu, di mana dosen pun sudah keluar diiringi beberapa mahasiswa.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang