20, Cemburu, tapi bukan siapa-siapa :(

689 106 22
                                    

Yovan terduduk di pinggiran jalan sembari menatap lalu lalang orang-orang yang masih bersemangat untuk lari memutari Gelora Bung Karno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yovan terduduk di pinggiran jalan sembari menatap lalu lalang orang-orang yang masih bersemangat untuk lari memutari Gelora Bung Karno.

Selagi minuman isotonik itu masih ada, ia tidak perlu repot-repot menjauh dari tenda-tenda yang berdiri di sebelahnya. Merenggangkan otot kaki menjadi tujuannya kali ini. Sial baginya yang memaksakan berlari, padahal rasa ngilu di kakinya sekarang justru mendera hebat.

Gue kenapa sih? Random banget! keluhnya.

Yovan menjadi berpikir bahwa sikapnya terhadap Zaenab sangat tidak biasa. Melihat cewek itu didekati oleh cowok lain membuat hatinya ikut tidak karuan. Bingung, sedih, dan ingin marah seolah menjadi satu kesatuan yang abadi. Seketika membuat Yovan menghela napas panjang untuk kesekian kali, sembari meneguk minuman isotonik itu dan menunduk dalam-dalam.

Masa iya gue suka sama Zae? Hatinya bertanya-tanya.

Hampir setengah perjalanan di semester awal ia berkuliah, Zaenab memang memberi warna dalam kehidupannya yang monoton. Banyak hal-hal baru yang membuat cowok itu kini melesungkan senyum tipis tanpa sadar saat mengingatnya.

Namun, begitu mengetahui kedekatan intens dengan sang ketua Senat, Tantan yang nyaris sempurna membuatnya kembali kesal.

Ia tidak menampik bahwa tipe cowok seperti Tantan memang banyak dikagumi. Selain berparas good looking, pintar, dan ramah terhadap siapa pun, cowok itu juga pandai bergaul dan memiliki lingkup pertemanan yang luas. Tidak mungkin jika seorang senat kampus memiliki teman hanya satu bahkan dua orang bukan? Bagaimana orang akan memilihnya jika tidak ada track record baik selama di kampus.

Tapi justru itu yang membuat Yovan terheran. Kenapa pula harus cewek seperti Zaenab, yang disukai oleh ketua Senat? Pertanyaan yang tanpa Yovan sadari, harusnya juga ditujukan untuk dirinya sendiri.

Kenapa dirinya juga bisa menyukai Zaenab?

Yovan mendesah pelan, pusing memikirkan jawaban. Pertama ia sadar bila dirinya tak punya hak untuk melarang Zaenab dekat dengan cowok lain, dan yang kedua dia jelas minder bila dihadapkan dengan sosok Tantan.

Lagipula, ia tidak pandai bergaul. Pergaulannya sangat kecil bahkan jika diingat-ingat lagi dia tidak memiliki teman banyak. Di Yogyakarta saja mungkin hanya ada satu dua orang, itu pun tidak bisa dianggap sahabat. Hanya teman main semata. Di Jakarta, mungkin baru Ghofur, teman sekelasnya yang hampir tiap waktu selalu menawarkan segala jenis barang untuk dijual padanya dan tentu Zaenab, berikut juga dengan ketiga temannya.

Ia sudah mencoba membuka diri dengan bergaul bersama Retno–senior jurusannya–dan berharap bisa dengan teman-teman cewek itu. Namun, perkelahian tempo hari justru merusak tatanan pergaulan yang baru saja ingin ia mulai. Ditambah, sikap cuek yang ia anut sejak kecil nyatanya tertanam hingga saat ini. Susah untuk merubah semua itu secara cepat.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang