"Lo serius ngga kenapa-napa?"
"Hik! ... Iya, Bang. Santai aja, hik! Gue gapapa hehehehehe." Yovan berdiri sedikit bungkuk, berusaha menyeimbangkan dirinya. Sembari menahan cegukkan sebab terlalu banyak minum, cowok itu terlihat menyunggingkan senyum.
"Hahaha yaudah, okedeh kalo gitu. Sorry nih anak-anak tadi terlalu hype sama acaranya, jadi banyak minum, kan lo.”
"Hehehe gapapa, Bang "
"Oke gue cabut, awas lo muntah lagi nanti kacang sukro keluar dari idung, hahahaha."
Ada lambaian tangan dari Yovan saat mobil milik seniornya mulai menjauh. Sekarang sudah pukul satu lebih, sepuluh menit lagi bahkan sudah pukul dua dini hari. Gara-gara para seniornya yang mengadakan acara minum-minum setelah agenda terakhir mereka sukses, jadilah Yovan mau tidak mau 'ngikut' saja.
Akan tetapi, nyatanya Yovan juga menikmati acara tersebut. Selain bisa membuat pikiran kacaunya sedikit melebur oleh kesenangan yang di dapatkan, Yovan jadi mengenal lebih dekat dengan para jajaran senior.
Meskipun tetap saja, ada satu dua orang yang dulu sempat membuat perselisihan, masih tidak bisa Yovan maafkan. Yovan tidak peduli selama mayoritas senior lain menerimanya dan tak memandang latar belakanhnya, orang yang tidak disukai itu sudah bukan masalah untuknya lagi.
Yovan melangkah dengan lunglai ke dalam indekos sembari memijit kepalanya yang pusing. Ternyata minuman alkohol tidak luput dari kebiasaan para senior, sehingga ia juga ikut meminumnya walau Yovan sendiri tahu toleransi dirinya terhadap minuman seperti itu sangat rendah sekali. Mungkin, kalau dia tidak hangover tadi, dia masih berada bersama seniornya sampai pagi.
Cowok itu berjalan perlahan sampai rintik-rintik hujan terasa menyentuh kulitnya, padahal sebelumnya tidak ada tanda-tanda mau hujan, atau mungkin Yovan tidak sadar karena mabuknya itu. Sejenak ia melirik lagi jam di arlojinya, meski tatapannya buram.
Tak butuh waktu lama, tepat saat ia sudah berada di lantai kamarnya, ia justru memicingkan mata. Ada sosok gadis di lorong itu. Yovan bahkan menengok kanan, kiri, dan belakang, mungkin memang ada yang lain. Namun, nampaknya gadis itu sendiri.
Setan apa manusia, nih? Batin Yovan, meskipun masih ada pengaruh alkohol dalam dirinya, tetapi Yovan juga sadar kalau ia tidak salah lihat. Bukan halusinasi semata.
Kalo setan masa pake jaket levis, ah bukan setan ini, kuntilanak gak sekece ini, batin Yovan memastikan.
Lagipula terlalu pusing baginya sekarang untuk memikirkan hal itu. Yovan pun berjalan perlahan hingga tepat di depan kamarnya. Gadis itu duduk dengan memeluk lutut dan menunduk, jelas Yovan tidak pernah tau siapa itu. Sedikit ragu, Yovan akhirnya menepuk bahu sang gadis.
"Permisi ...."
Satu detik belum bereaksi, dua detik Yovan takut bila sosok itu benar kuntilanak dan ... Tiga detik kemudian gadis itu menengadahkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...