Yovan sudah bangun, meski matahari belum menampakan dirinya hari ini. Sebab hari ini, adalah hari Senin, hari di mana Yovan resmi menjadi mahasiswa fakultas Desain dan Komunikasi Visual Universitas Palapa Jakarta. Setelah minggu kemarin cowok itu mendaftar ulangkan dirinya sekaligus memilih fakultas yang dia tuju.Niatnya begitu membara untuk mengikuti serangkaian acara pertamanya sebagai mahasiswa, yaitu MPK, atau Masa Pengenalan Kampus. Jadi, cowok berambut ikal itu sudah terlihat ganteng dan necis dengan setelan kemeja hitam, celana denim dongker dan tak lupa dengan almet universitas berwarna kuning cerah, secerah wajahnya.
Angka digital di ponsel Yovan sudah menunjukkan pukul enam pagi. Kakinya mulai melangkah keluar dari kamar.
Akan tetapi ....
"Morning my handsome cousin ...."
Seorang cewek dengan setelan baju tidur yang bisa bikin cowok-cowok anu seketika membuat langkah Yovan berhenti di depan pintu kamar. Si cewek yang tak lain adalah Lia nampak cantik walaupun Yovan yakin kalau Lia belum mandi dan hanya mencuci muka saja. Yah ... terhitung, sudah sejak beberapa hari yang lalu, Lia selalu membuat jantung Yovan hampir lepas dari tempatnya.
"Bikin kaget aja sih, Mba!" gerutu Yovan.
Lia justru tertawa mendapati cowok yang selalu tidak bisa santai jika berbicara dengannya.
"Sewot amat, sih? Nanti gantengnya ilang, loh ... Emm by the way, mau ke mana pagi-pagi? Udah rapi gitu," ujarnya sambil memutar tubuh Yovan, melihat penampilan cowok itu dari ujung kepala hingga kaki.
"Gue mau MPK. Jam tujuh udah harus di kampus." Yovan mulai melangkah melewati Lia.
"Ya udah, gue anterin, ya-"
"Gak. Makasih," sergah Yovan langsung seraya melipir ke ruang makan.
"Lah ... Om sama Tante ke mana?" Yovan celingukan mendapati kondisi rumah yang sepi. Om Pras yang biasanya tengah membaca koran sambil menyesap segelas kopi kapal laut, pagi ini tidak terlihat batang hidungnya begitu juga Tante Alesa.
"Gue kan udah bilang, berangkatnya bareng gue aja ganteeeng." Lia mencubit gemas pipi Yovan yang baru saja duduk dengan tangan yang meraih sebungkus roti tawar di tengah meja makan berbentuk oval tersebut.
"Ck, gak usah sentuh-sentuh!"
"Galak banget sih, gak sopan tau sama yang tuaan." Lia menyandar pada pinggir meja makan, menatap Yovan yang tengah mengoleskan selai pada roti untuk sarapannya.
"Ya abisnya Mba suka seenaknya aja sih sentuh-sentuh! Kadang masuk ke kamar gue tanpa ijin! Kadang juga suka nganggetin!" gerutu Yovan yang entah kenapa membuat Lia malah terkekeh geli.
"Abisnya kamu gemesin sih, hihihi."
"Ck, coba Mba gue sentuh-sentuh mau gak?" Yovan menatap Lia sekilas, dengan tampang yang bete, lalu kemudian memasukan roti yang sudah dia beri selai ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Novela JuvenilPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...