Pasca lamaran secara tersirat itu diterima, keluarga Yovan yang dari Jogja bertandang ke Jakarta. Sebagai perwakilan dari keluarga, Kakek Yovan sendiri yang meminta Zaenab pada orang tuanya.
Lamaran akhirnya digelar cukup sederhana, karena permintaan Zaenab yang gak mau heboh atau terlalu ramai. Cukup mengundang keluarga dan orang-orang terdekat serta sahabat keduanya.
Walau tampilannya memang sederhana, tapi Yovan gak segan-segan memberikan seserahan yang istimewa. Papahnya Dewa itu gak mau tanggung-tanggung untuk mencukupi kebutuhan calon istrinya itu, bahkan rumah yang kemarin baru dikontrak Yovan, sudah dibeli oleh Mamih Melinda.
Beruntung, tetangga Ghofur si pemilik rumah mau menyetujui pembelian rumah itu, sebab mereka juga gak mungkin bisa mengurus rumah dan pulang secepat itu ke Jakarta. Alhasil, rumah itu pun resmi menjadi milik pribadi Yovan dan sertifikatnya langsung diberikan ke Zaenab sebagai salah satu mahar.
Pertunangan itu sudah berlangsung sekitar dua minggu lalu. Sebelumnya ada tenggat dua bulan untuk bisa melaksanakan acara tersebut, sebab Yovan sendiri disibukkan dengan kerja samanya bersama Pak Darma, begitu pula berkas-berkas untuk mengurus pernikahan juga gak bisa secepat itu.
Sekarang, Yovan juga masih sibuk mengurus pekerjaan di hari terakhirnya. Nanti malam ia akan berangkat ke Jogja dan dua hari ke depan baru pergi ke Bali. Dan dalam beberapa minggu lagi, Pulau Dewata itu akan menjadi saksi diikrarkannya akad dari Yovan kepada Zaenab.
Pak Galih dan Bunda Aya sudah menyerahkan sepenuhnya pada keluarga Yovan tentang pernikahan keduanya. Zaenab juga gak mau menikah di Jakarta, masih trauma soalnya. Jadilah ketika keluarga besar Yovan memutuskan untuk akad dan resepsi dijadikan satu di Bali.
Meski awalnya keluarga Pak Galih agak kaget karena terlalu jauh. Namun, Melinda telah menegaskan bahwa semua urusan perjalanan dan penginapan akan dia tanggung sepenuhnya. Keluarga Pak Galih cukup meluangkan waktu saja.
"Jadinya lo mau gue pesenin tiket kapan, Bang? Keluarga Zae sih berangkatnya H-2."
Ghofur menegakkan badannya dan menatap Yovan. "Gampang lah, gue bisa berangkat sendiri. Dateng kok gue, tenang aja."
"Ck, bukan gitu. Ini tuh udah masuk ke anggaran. Atau bareng Mbak Aisa? Soalnya Mbak Aisa baru ke Bali H-1 karena dia harus ngajar dulu."
Mata Ghofur seketika berbinar, sangat cerah.
"Sama Mbak Aisa? Gas lah kalau sama Mbak Aisa. Bilangin sama Mbak lu ya, gue bareng."
Yovan mendecak, tahu apa isi pikiran Ghofur, karena selama ini sohibnya itu paling semangat kalau diajak ke kediaman Mbak Aisa. Selalu saja mencoba pedekate walau gak ada hasilnya. Mana usia mereka juga terpaut sangat jauh, malah kejauhan, tapi Ghofur tetap saja semangat kalau berurusan sama Mbak Aisa.
"Ya udah, jangan sampe lecet Mbak Aisa kalau sama lu, nanti gue kabarin ke dia."
Ghofur langsung mengacungkan jempolnya di hadapan Yovan dengan penuh semangat. Sementara Yovan kembali memutari satu per satu bagian produksi. Mengecek pesanan Pak Darma di mana desain yang ia geluti selama 1,5 bulan itu akhirnya di acc sama Pak Darma. Alhasil, Yovan gak mau salah dalam proses produksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...