Sudah tidak ada jalan lagi dan Yovan harus menerima segala konsekuensi yang nyata. Hidup terus berjalan dan tidak mungkin Yovan cuma diam di tempat tanpa melakukan apa pun.
Siap tidak siap, hidup baru akan ia jalani, mampu tidak mampu, Yovan harus bisa usaha sendiri. Toh, semua buat Zaenab sama anaknya. Ya, walaupun dari sisi Zaenabnya sendiri belum terdapat sebuah kepastian untuk Yovan.
Hari ini, setelah kebingungan dan nyaris frustasi dalam sekian waktu yang lalu, Yovan pun bertandang ke kampus. Ia tahu semua mungkin terlambat, tetapi jika memang bisa maka ia berniat mengurus cuti selama satu semester.
Yovan berjalan ke arah koridor lantai tiga sendirian. Bermaksud untuk segera menuju ke lantai lima di mana ruang TU berikut kantor fakultas dan prodi-prodi ada di sana. Tujuan Yovan sudah jelas bahwa ia akan mengajukan cuti sebab tidak ada biaya untuk membayar semester. Walaupun memang sangat disayangkan, tapi Mamihnya benar-benar terlampau tega.
Namun, Yovan tidak bisa menyalahkan. Semua berawal darinya, semua adalah kesalahan yang harus ia tanggung akibatnya.
Langkah kakinya perlahan menaiki tangga menuju ke lantai lima hingga tepat di ujung tangga atas, ia langsung menghentikan langkah.
Astagfirullah, rame banget.
Ada rasa malu yang mulai tertanam di benak Yovan jika bertandang ke kampus bukan untuk mengurus urusan semester ke depan. Jiwanya yang masih remaja terlampau gengsi dan berniat untuk mundur sampai di lingkungan kantor mulai agak sepi.
Namun, tepat saat ia berbalik badan, keterkejutan Yovan bertambah. Sekadar informasi saja, di lantai lima gedung utama itu tidak hanya terdapat kantor fakultas seni melainkan terdiri dari fakultas Teknik dan Bahasa. Dan yang paling membuat Yovan syok adalah sekumpulan senior teknik berjalan naik dari lantai empat dan salah satunya adalah Tantan.
Mati gue.
Yovan tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri, bahkan ia hanya bisa menelan saliva, membungkam kegugupannya seminim mungkin. Ingin rasa hati meminta maaf, tetapi tatapan Tantan yang super dingin itu membuat niatnya kembang kempis.
Minta maaf, jangan jadi pengecut!
Lo yang ancurin acara nikahan dia! Mana hamilin pacar dia juga! Minta maaf!
Sialan! Suara-suara provokatif di kepala Yovan semakin membuat langkahnya maju mundur. Ini bukan hal mudah untuk dilakukan, apalagi di tempat umum yang tidak semua tahu masalah mereka.
Tepat saat Tantan sudah menginjakkan kaki di tangga paling atas, Yovan gugup bukan main. Bibirnya sudah ingin mengatakan maaf, tetapi seolah hanya bualan semata. Nyatanya sikap Tantan yang bahkan tidak memandang sama sekali dan melewatinya begitu saja sudah cukup bukti bahwa semua tidak semudah yang di pikirkan.
"Oh, ada pebinor ya?"
Suara itu langsung mengeinterupsi dan membuat Yovan menatap siapa yang berbicara tanpa membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...