49, Harapan kecil yang kini hancur.

512 67 6
                                    

Bocah kecil berusia 7 tahun itu terduduk di pojok teras rumah sembari memeluk lutut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bocah kecil berusia 7 tahun itu terduduk di pojok teras rumah sembari memeluk lutut. Dengan dagu yang menumpang pada lutut, terlihat basah sebab sedari tadi dirinya tengah menangis. Disisi lain, Melinda yang baru saja keluar dari mobilnya yang terparkir di depan halaman rumah. Netranya tiba-tiba tertuju pada mahkluk kecil yang tak lain adalah buah hatinya, jadilah ia terburu-buru melangkah ke arah Yovan sembari menyapu ke seluruh kediamannya, tetapi tidak ada satu pun yang menemani Yovan.

"Yovan ..."

Yovan yang mendengar suara Mamihnya langsung mendongak. Matanya sudah sembab, bibirnya menyebik ke bawah dan langsung berdiri memeluk Melinda, Mamihnya, yang baru saja berlutut di depannya.

"Yovan, kenapa? Kamu kenapa nangis? Kenapa juga belum ganti baju?"

Belum ada jawaban bersambut, tetapi tangisan itu semakin keras terdengar.

"Papa kok gak pernah pulang sih, Mih? Yovan pengen ngeliat papa Yovan."

Deg.

Melinda yang mendengar ucapan itu terdiam seribu bahasa. Entah sudah berapa kali Yovan menanyakan Ayah yang selama ini belum pernah ia lihat. Ada sedikit asa dalam kepala Yovan kecil, sebab Mamihnya tak pernah bilang kalau Ayahnya itu sudah meninggal, sebuah logika sederhana yang mampu Yovan cerna.

‘Kalau belum meninggal, berarti papa masih ada. Tapi kenapa papa gak pernah pulang?’

Dan sekarang Yovan bertanya lagi sembari menangis. Seketika membuat hati Melinda pilu bukan main.

"Nak, Yovan ganti baju dulu, yuk."

Yovan menggelengkan kepalanya dan tidak mau bergerak sama sekali. Ia terus meraung menangis dengan topik yang sama sambil menyembunyikan wajah mungilnya di ceruk leher Melinda. Di saat yang bersamaan sosok asissten rumah tangga yang tiba-tiba keluar dari kediamannya sedikit terkejut dengan kedatangan Melinda.

"Aduh, ma-maaf, Non. Yovannya ndak mau masuk dari tadi. Ini saya ambilkan minum biar tenang nangisnya. Saya ndak tau Yovan kenapa, tapi dia ndak mau masuk ke dalem."

Melinda mengangguk perlahan dan memberi isyarat pada ART untuk kembali ke dalam rumah. Ia pun perlahan mengelua punggung buah hatinya yang masih menangis.

"Temen-temen Yovan punya papa semua ... Ada yang papanya pilot, ada yang bos, ada yang kerja di laut. Yovan pengen kayak gitu, Mih. Yovan pengen punya papa biar Yovan bisa cerita kayak temen-temen."

Ada satu tetes air mata yang jatuh begitu saja dari Melinda. Namun, ia segera menyeka dan langsung menjauhkan Yovan dari pelukannya.  Ia menatap sang anak yang masih tertunduk dan bahkan melihat sendiri air mata itu terus mengalir membasahi pipi mungilnya.

"Masa temen Yovan bilang kalo papa Yovan udah gak ada karena Yovan bilang kalo Yovan gak pernah liat papa.”

Nyut.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang