Akhirnya Yovan merasa semua masalahnya sudah selesai. Ia berhasil bernapas lega setelah peliknya teka-teki tentang keluarganya yang menyesakkan. Dua minggu berada di Jogja benar-benar ia manfaatkan tanpa mau tahu apa pun yang berkaitan dengan Jakarta, apapun itu, termasuk juga tentang permasalahan hatinya.
Yovan hanya menghabiskan waktunya di rumah dengan bermain game, makan, tidur dan bahkan sesekali tidak melakukan apa pun sama sekali. Cowok itu memang sengaja mencari ketenangan, memulihkan diri dan juga pikiran. Tak ada benda pipih bernama ponsel yang bikin candu, tanpa takut ketinggalan informasi tentang kuliahnya, toh ia juga tahu bahwa waktu untuk masuk kuliah masih cukup lama. Praktis, hanya segala fasilitas yang tersedia di rumahnya yang megah dan mewah, menjadi teman setianya selama waktu-waktu tersebut. Adapula sebagian waktu yang disisihkan oleh Mamihnya disela kesibukannya untuk sejenak menjadi tempat Yovan berkeluh kesah.
Meskipun ... tak sekalipun ia menceritakan kisah cintanya dan Zaenab, sebab Yovan kembali merasa sesak, kalau diingat-ingat.
Kenyataan itulah yang kembali meneguhkan Yovan pada tujuan awalnya. Iya, Yovan datang ke Jakarta itu untuk berkuliah, fokus pada pendidikannya agar segera bisa lulus dan menekuni karir yang sudah ia impikan dan rencanakan sejak sekolah. Untuk perihal urusan hati, Yovan mulai sekarang, akan mencoba untuk perlahan melupakan segala hal tentang sekelumit kisah yang terjadi pada dirinya dan cewek yang bernama Siti Zaenab Purwaningrum.
Yovan benar-benar memutus segala kontak dari Jakarta, meski hanya sementara. Alasannya ya karena ponselnya hilang, selain itu ya karena permasalahan hatinya. Cowok itu seolah lupa kalau ponsel adalah salah satu hal yang cukup penting selain untuk berkomunikasi juga untuk mengakses segala bentuk informasi. Walau Maminya sudah memberinya ponsel baru, satu hari setelah masalah mereka selesai, cowok berambut ikal itu tidak berniat memakainya buat menghubungi teman-temannya di Jakarta, karena toh tak ada hal yang penting juga, lagian yang Yovan anggap sebagai teman hanyalah Ghofur dan Dekil Girl, minus ... Zaenab.
Ah! Cewek itu, perasaan Yovan sudah berjanji melupakannya, tapi bayangnya selalu muncul di benak Yovan biarpun Yovan bersusah payah mengabaikannya. Zaenab, si pencuri hatinya, tapi juga mematahkannya, si pemberi harapannya, tapi juga menghancurkannya. Yovan enggak mengerti, kenapa ia begitu susah melupakan cewek itu, meski dia tahu kalau Zaenab telah membuatnya terluka dan kecewa.
Kadang saat ia tak sedang melakukan apapun, yang terlintas dalam kepalanya justru kalimat seperti ‘Zae lagi ngapain ya?’ ‘Zae inget gue nggak, ya?’ kalimat yang bikin Yovan kesal sendiri. Bukan sekali dua kali ia coba mengabaikan bayangan Zaenab, semakin gelisah rasanya ia kalau Zaenab absen dalam otaknya. Dan, yang paling sukar ia lupakan adalah suara cemprengnya Zaenab tat kala memanggilnya.
‘Mas Ganteeeng!!!’
***
Tapi, sore ini rada berbeda, rasa gelisah itu seolah menggebu dalam dadanya. Padahal sebelum-sebelumnya ia tidak pernah seperti ini. Yovan seolah tengah memikirkan hal yang tidak tahu persisnya apa, tetapi masih tertuju pada Zaenab. Perasaan yang begitu mengganggu waktu sorenya saat ini, dimana ia baru saja selesai memainkan game online di pc-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)
Teen FictionPERINGATAN : MEMBACA CERITA INI BISA MENYEBABKAN KETAWA BENGEK, BAPER MENDADAK, KESAL INGIN MENGHUJAT DAN MALES BEBENAH. #1 - anakkampus *** Gara-gara Zaenab, Yovan jadi menyadari, bahwa bahagia itu bukan dicari, tapi diciptakan. Ini adalah cerita s...