71, Perkara Rujak.

416 76 3
                                    

Sudah hampir satu jam lebih Yovan ngubek-ngubek Jaksel dari ujung ke ujung, tapi belum juga menemukan warung yang menjual rujak manis malam-malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir satu jam lebih Yovan ngubek-ngubek Jaksel dari ujung ke ujung, tapi belum juga menemukan warung yang menjual rujak manis malam-malam. Suara gemuruh dari langit bikin Yovan langsung menatap ke atas.

"Perasaan tadi cerah deh, kenapa tiba-tiba geluduk si? Ck."

Di atas sebuah motor matic yang baru saja ia beli satu bulan lalu, Yovan mulai berpikir sambil menarik ponsel dari dari kantung celana dan melihat angka digital yang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit.

"Mau muter-muter sampe ke Zimbabwe juga gak mungkin ada makanan kek gitu jam segini. Zaenab ada aja tingkahnya udah mau lahiran juga masih aja demen ngidam. Emang iya ngidam sampai mau lahiran?" Yovan menggerutu dan terlihat putus asa.

Namun, bukan Yovan namanya kalau menyerah begitu saja, meski dibilang lebay, bucin atau apa pun itu, Yovan tetap melakukan apa pun yang Zaenab pengen, yah meskipun permintaan ibu dari anaknya itu sedikit agak aneh.

Yovan membuka aplikasi ojol buat mencoba mengecek barangkali dia mendapatkan tempat jual rujak manis yang masih buka di jam malam seperti ini. Seiring waktu berjalan, Yovan masih menatap layar ponselnya dengan serius. Hingga tiba-tiba dia dikejutkan dengan sebuah nada dering yang hampir saja membuat ponsel itu terjun bebas ke trotoar. Yovan pun mengamati nama pemanggil yang membuat jantungnya berdetak cepat.

"Astagfirullah, Mbak Aisa ternyata. Ngapain ni orang?"

Tanpa basa-basi lagi, Yovan pun segera mengangkat panggilan itu, barangkali ada sesuatu hal yang memang penting untuk dibicarakan.

"Yo, Mbak?"

"Lagi di mana? Sibuk? Pulang apa nginep?"

Yovan menghela napas sejenak. "Enggak juga, Mbak. Yovan kayaknya nginep lagi di ruko. Kenapa?"

"Ada lebihan makanan di tempat Mbak, tadi habis ada acara. Ambil, gih, buat makan."

Seperti biasa Mbak Aisa tidak akan pernah lupa memerhatikan Yovan walaupun cowok itu nyatanya sudah jarang-jarang tinggal bersama sejak usahanya mulai berjalan lancar.

"Ada rujak manisnya nggak, Mbak?"

Meskipun terkesan bodoh, tapi bisa saja ada salah satu makanan idaman Zaenab yang ditawarkan Mbak Aisa itu.

"Hmm? Rujak manis. Kayaknya gak ada, Van, eh ... bentar-bentar. Oh, ini ada! Sisa satu box nih ...."

Mendengar hal itu, Yovan yang tadinya sudah lemas dan hampir putus asa langsung tersenyum lebar kala mendengar pernyataan Mbak Aisa.

"Shapp, meluncuuur, Mbak."

Yovan langsung mematikan panggilan itu dan beralih menghubungi Pak Galih. Ia hanya ingin melaporkan bahwa apa yang diinginkan Zaenab sudah di dapat, sembari sedikit menanyakan apakah Zaenab masih terjaga atau sudah di alam mimpi. Beruntung Pak Galih mengabarkan bahwa Zaemab masih setia dengan televisinya yang menanyangkan sinetron istri tersakiti setiap harinya. Mungkin Zaenab merasa seperti istri yang disinetron, meskipun dia belum menjadi seorang istri bahkan status di KTP nya pun masih ‘Belum Kawin’.

𝐆𝑎𝑟𝑎-𝐆𝑎𝑟𝑎 𝒁𝚊𝚎𝚗𝚊𝐛 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang